Kekeringan bukanlah hal baru bagi penduduk Padukuhan Banyumeneng. Selama puluhan tahun, masyarakat setempat telah mengembangkan beragam strategi untuk bertahan di tengah tantangan ekstrim ini lantaran sebagian besar masyarakat Padukuhan Banyumeneng berprofesi sebagai petani. Petani biasanya menanam padi selama musim hujan berlangsung untuk memenuhi biaya hidup mereka. Namun disaat musim kemarau berlangsung, para petani harus memutar otak untuk menghidupi keluarga mereka. Disaat masih terdapat air, mereka bisa untuk tetap menanam jagung maupun kacang benguk. Tetapi di saat air mulai menipis mereka tidak bisa lagi untuk menanam tanaman di lahan mereka, mereka membiarkan lahan mereka kosong tidak ada kegiatan tanam sekalipun. Sehingga datangnya musim kemarau menjadi ketakutan terbesar bagi mereka. Bagaimana keadaan masyarakat Padukuhan Banyumeneng terhadap kekeringan?Â
Letak Geografis dan kondisi alam
Padukuhan Banyumeneng terletak di Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Secara geografis, wilayah ini terletak di bagian selatan Kabupaten Kulon Progo yang masih terletak juga di kawasan lereng Gunung Menoreh. Padukuhan Banyumeneng, menjadi padukuhan yang letaknya paling ujung diantara padukuhan lainnya yang terdapat di Desa Banyuroto.Â
Untuk wilayah Banyumeneng sendiri terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04, yang daerahnya masih dikelilingi oleh pegunungan yang menghijau. Namun, lokasi banyumeneng menjadi sebuah lokasi yang memiliki curah hujan yang relatif rendah. Saat musim kemarau berlangsung, serta curah hujan yang minim menghasilkan dampak yang sangat terasa di padukuhan ini. Sungai-sungai kecil yang biasanya menjadi sumber air bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat kering menjadi aliran tipis, bahkan mengering di beberapa tempat.
Dampak kemarau panjang pada kehidupan masyarakat
Kemarau panjang membawa dampak serius terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Padukuhan Banyumeneng. Sumber daya air yang berkurang mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pertanian, terutama pada tanaman padi. Musim kemarau bagaikan sebuah ketakutan bagi masyarakat Padukuhan banyumeneng yang mendatangkan kekeringan dan malapetaka bagi sebagian besar masyarakat yang mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan utama. Fenomena yang kerap terjadi ini ternyata bukan kali pertama dirasakan oleh masyarakat Padukuhan Banyumeneng, kurang lebih puluhan tahun sejak dibuatkan lahan persawahan ini, masyarakat Padukuhan Banyumeneng sudah diperhadapkan pada situasi sulit seperti ini.Â
Masyarakat Padukuhan Banyumeneng tentu berupaya untuk bertahan hidup dengan mengandalkan sawah mereka disaat musim kemarau, walaupun keadaan persawahan mereka dalam keadaan kekeringan. Upaya - upaya yang dilakukan masyarakat diantaranya menggunakan mesin pompa air untuk mengairi air di area persawahan dari aliran sungai terdekat. Tetapi cara tersebut tidak kunjung memberikan titik terang dan harapan bagi masyarakat Padukuhan Banyumeneng karena biaya pemeliharan mesin pompa air yang sangat tinggi, mulai dari pembelian bahan bakar solar dan biaya perawatan mesin yang semakin hari semakin meninggi. Keadaan yang serba sulit saat musim kemarau membuat lahan area persawahan kering dan tidak terpakai.
Kebiasaan dan perubahan gaya hidup
Kondisi kemarau panjang juga mempengaruhi kebiasaan sehari-hari masyarakat Padukuhan Banyumeneng. Ketersediaan air yang terbatas memaksa mereka untuk mengatur pola konsumsi air, termasuk penggunaan air untuk keperluan mandi dan mencuci. Selain itu, kekeringan mempengaruhi ketersediaan pakan ternak, yang dapat berdampak pada sektor peternakan. Pada hari Sabtu, 11 November 2023, pukul 19.00 WIB kelompok 45 KKN ke - 84 Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengadakan diskusi dengan pemuda Karang Taruna Banyumeneng yang mengangkat pembicaraan tentang kebiasaan gaya hidup dimusim kemarau. dalam diskusi tersebut salah satu pemuda Karang Taruna Banyumeneng menyampaikan kesedihannya karena harus meminimalisir penggunaan air ketika ia mandi karena harus menutupi kebutuhan lainnya, ucap salah satu pemuda Karang Taruna Banyumeneng.Â