***
"Hasan dan Ahsan, Bah," jawab Sukun singkat.
"Coba jelaskan!" Abah seperti penguji skripsi saja.
"Metode apapun dalam berdakwah tidak mengejar pada hasil. Metode dakwah dalam Islam menekankan pada proses. Oleh karenanya diingatkan dalam ayat tersebut bahwa prosesnya harus baik, lebih baik dan terbaik. Itulah hasan dan ahsan. Cara-cara yang digunakan harus baik. Tidak ada dakwah dengan melalui proses mengelabui apalagi menjatuhkan harga diri yang diajak." Panjang lebar Sukun mengutarakan pemahamannya tentang makna hasan dan ahsan dalam ayat tersebut.
Abah tersenyum. Semilir angin menjelang magrib menggerakan ranting dan dedaunan yang tampak ikut manggut-manggut mendengar penjelasan Sukun. Tonggeret-tonggeret berhenti berteriak-teriak seolah terpesona. Namun senja yang menumpahkan keindahannya untuk memberikan apresiasi kepada Sukun seolah tenggelam dalam pelukan magrib.
Suara adzan mulai terdengar dari satu masjid. Tiga detik berikutnya menyusul tiga adzan. Detik kelima berlalu, kampung Ciseupan didekap oleh alunan suara mengagungkan pemilik semesta. Abah segera bangun dari peraduannya. Sukun membereskan dulu gelas kopi untuk menyusul Abah.
***
"Sekarang izinkan saya mengakhiri sesi paparan saya. Mohon moderator mengawal acara diskusi ini." Ucap Sukun sambil melihat moderator, "Aspirasi politik harus diperjuangkan dengan serius. Tapi santai adalah kunci kemenangan. Sekian. Saya kembalikan acaranya kepada moderator."
Tepuk tangan berlarian dan berterbangan bahkan menabrak dinding-dinding dan atap ruangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H