Mohon tunggu...
Prasetyo Adi Wibowo
Prasetyo Adi Wibowo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang yang sedang belajar untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra Koran: Kapitalisme dan Idealisme pada Penghibur di Ruang yang Sempit

7 Desember 2022   22:08 Diperbarui: 7 Desember 2022   22:14 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kapitalisme secara harfiah diartikan sebagai cara produksi. Kapitalisme juga dapat didefinisikan secara luas sebagai suatu cara perekonomian yang berhubungan dengan produksi-produksi apa saja yang dapat diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Kapitalisme juga merupakan sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada asas perkembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasaan paham kebebasan. Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.

Koran sebagai salah satu produk dari media massa erat kaitannya dengan kapitalisme yang selanjutnya juga akan terasa denyut kapitalisme pada sastra koran. Sebagai contoh, adanya aroma bisnis dalam pemuatan teks sastra dalam koran. Jika koran menampilkan teks sastra, maka akan semakin banyak pembaca yang menjadi pelanggan koran tersebut. Banyaknya pelanggan tentunya akan meningkatkan keuntungan. Selain itu, motif bagi para penulis sastra koran berbeda-beda. Ada yang murni ingin bersastra dan ada juga karena motif tertentu selain murni bersastra. Bagi yang mempunyai niatan menulis yang nantinya akan di muat di koran tersebut dan akan mendapatkan sebuah jasa (baca:honor) dari tulisan itu. Semisal, untuk teks sastra di koran Kompas, honor cerpen Rp. 1.100.000,- (tanpa potong pajak), honor puisi Rp. 500.000,- (tanpa potong pajak).

Media koran juga menyajikan jalan yang berbeda bagi para penulis sastra. Untuk sastrawan yang sudah memiliki popularitas, maka tanpa melalui seleksi pun sudah hampir di pastikan karyanya akan di muat di koran tersebut. Kehadiran sastra koran Jung akan semakin mempermudah mereka untuk menyuarakan karya-karyanya sehingga semakin menambah eksistensi mereka dalam dunia sastra. Sementara itu, hal yang bertolak belakang berlaku pada calon-calon sastrawan. Para penulis pemula yang sedang mencari jati diri dalam tulisannya, jika mereka hanya mengandalkan koran sebagai media publikasi dan mengharapkan jasa dari redaksi maka ia akan terkubur. Ia terkubur dalam perkembangan zaman yang mempersempit imaji.

Pemuas dahaga

Terlepas dari keterikatannya dengan kapitalisme dan ideologi redaktur, sastra koran tetap memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan dunia sastra di Indonesia. Walaupun, Sastra dalam sebuah koran memanglah hanya memiliki porsi yang sangat kecil dari keseluruhan koran itu sendiri. Meminjam perkataan Nirwan Dewanto, seorang penyair asal Surabaya, manusia telah hidup dalam kesementaraan dan kesesatan sehari-hari. Kita hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh berbagai peristiwa besar yang tidak terhingga banyaknya. Sebagian besar peristiwa tersebut tidak kita alami dan kita lihat, sehingga kita mempercayai media massa seperti, surat kabar, radio dan televisi. Banjir berita tersebut membuat kita "tersedak" dan tidak mampu memilih dan memilah apa yang kita butuhkan dan perlukan. Maka, agar tidak "tersedak", surat kabar pun menyediakan rubrik sastra dan budaya yang setiap minggu menampilkan sajak, cerpen, kritik, esei, dan cerita bersambung. Kemunculan rubrik sastra merupakan fenomena yang menarik yang dapat dijadikan wahana rekreasi bagi pembacanya. Seiring berjalannya waktu, sastra koran pun dinantikan setiap edisinya dengan hati penuh penasaran. Dengan kata lain, berkembanglah jalur sastra koran yang kemudian memantapkan kedudukan sastra populer.

Daftar Referensi

Ajidarma, Seno Gumira. 2014. " Naga Jawa di Negeri Atap Langit ". Jawa Pos, 16 November 2014.

Dewanto, Nirwan. 2000. "Penutup", dalam Kado Istimewa. Cet. ke-3. Kompas: Jakarta.

http://sembahyangrumputan.blogspot.com/2011/08/evolusi-genre-dan-realitas-sastra-koran.html

http://aa-jejemeratus.blogspot.com/2013/05/pengertian-sastra-koran_1.html

http://sindikatpencurijeruk.wordpress.com/2012/05/03/sastra-koran-di-hari-minggu-yang-senggang/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun