[caption id="attachment_167739" align="aligncenter" width="641" caption="Perang Bubat. Gambar: transbonja.deviantart.com"][/caption] PADI Emas adalah pendekar berpengalaman. Dan bermata tajam. Dari sekian banyak adegan pertempuran yang tersaji di depan mata, dia melihat sesuatu yang tidak biasa.
Ada tiga lelaki dari Sunda Galuh yang mengeroyok seorang prajurit Majapahit. Perkelahian mereka sengit. Seru. Namun mata Padi Emas yang tajam tak bisa dibohongi. Perkelahian yang terlihat seru itu jelas sekali hanya sandiwara!!!
Dengan penuh perhatian dia mengamati perkelahian itu. Si prajurit Majapahit terdesak hingga ke tepi lapangan. Dan suatu ketika, dia terjatuh. Para pengeroyok mengerubungi. Salah seorang di antaranya dengan cepat mengangkat si prajurit Majapahit dan melemparkan ke luar lapangan.
Prajurit Majapahit itu jatuh bergelimpangan. Dia menatap sejenak ke arah lelaki yang melemparkannya, mengangguk nyaris tak kentara, dan menghilang di tangah kerumunan masyarakat yang memadati tepi Lapangan Bubat.
Semua kejadian itu disaksikan oleh Padi Emas. Yang langsung curiga.
Kenapa ada prajurit Sunda Galuh dan Majapahit yang pura-pura bertarung? Dan kenapa prajurit Majapahit itu tiba-tiba keluar dari areal pertarungan?
Padi Emas membuntuti prajurit Majapahit itu. Dan dalam sekejap, ketika melihat si prajurit Majapahit itu seperti kebingungan, seperti tak tahu harus kemana, pendekar yang berpengalaman itu bisa memahami apa yang terjadi.
Tanpa menyolok dia mendekati si prajurit. "Ada yang bisa saya bantu?" Padi Emas berbisik.
Si prajurit terlonjak kaget. Wajahnya pucat pasi. Jelas sekali dia ketakutan dan kebingungan. Matanya liar menatap sekeliling.
"Ah... eh... ti... tidak..." si prajurit tergagap.
"Kisanak tak perlu berpura-pura. Aku tahu kalau kisanak adalah prajurit Sunda Galuh yang menyamar bukan?" Padi Emas berbisik sambil memegang lengan si prajurit.
Si prajurit terbelalak. Wajahnya ketakutan seperti melihat hantu. "Kau tak perlu takut," bisik Padi Emas. "Aku akan membantumu. Ikut aku..."
Padi Emas bukanlah pendekar yang suka ikut campur urusan orang. Dia sendiri tidak tahu dorongan dari mana yang membuatnya spontan ingin membantu prajurit itu. Mungkin karena dia trenyuh melihat pembantaian di depan mata dan tidak bisa berbuat apa-apa?
Seperti yang diduga, prajurit itu memang menyamar. Namanya Kayan, dan ditugaskan khusus untuk melarikan diri. Baginda Maharaja Lingga Bhuwana sadar kalau kepungan Majapahit yang sangat rapat tak mungkin diterobos. Namun biar bagaimanapun, harus ada prajurit Sunda Galuh yang lolos. Untuk memberitahu kepada masyarakat Sunda Galuh apa yang terjadi di Lapangan Bubat.
Baginda menugaskan beberapa prajurit untuk berpura-pura. Kayan pun mengenakan sarung yang morifnya mirip dengan yang dikenakan prajurit Majapahit.
Aksi pura-pura mereka berlangsung mulus. Hingga ke tepi lapangan tak ada yang curiga. Kayan pun berhasil lolos. Namun sebagai penduduk Sunda Galuh yang belum pernah ke Trowulan, dalam sekejap dia bingung. Tak tahu arah mana untuk keluar.
Dan muncullan Padi Emas yang mengatakan siap membantu.
Kayan terpaksa menurut. Dalam keadaan bingung, dia tak punya pilihan. Dia menyerahkan nyawanya kepada Padi Emas. Dia tahu, jika si lelaki ini berniat jahat, pasti sudah sejak awal dia membuka rahasia.
Padi Emas membawa Kayan ke kios yang akan dijadikan pertemuan dengan beberapa penbdekar.
"Jadi begitulah," cerita Padi Emas kepada Pendekar Misterius, Wolu Likur dan Gegurit Wungu. "Aku tak punya pilihan lain. Aku harus membantu lelaki ini kembali ke Sunda Galuh. Semoga teman-teman pendekar bisa memahami..."
Ketiga pendekar terdiam. Saling pandang.
"Saudara Padi Emas, semoga kau sadar apa yang barusan kau lakukan. Kau baru saja membantu musuh kerajaan. Artinya, sejak kini kau menjadi musuh kerajaan Majapahit!!" kata Gegurit Wungu.
"Dan jika kami membantumu, otomatis kami juga menjadi musuh kerajaan," tambah Wolu Likur.
"Aku tentu sadar apa resikonya," kata Padi Emas. "Aku hanya tidak menyangka kalau saudara pendekar ketakutan menjadi musuh kerajaan...." Padi Emas berkata dingin. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H