"Aku mulai tidak menyukai pekerjaan ini," desah Brontoseno. "Biar bagaimanapun, Dhanapati beberapa kali menyelamatkan nyawaku..."
"Kita semua pernah diselamatkannya. Tak hanya sekali, namun berkali-kali. Namun ingat, kita juga melakukan hal yang sama untuknya. Dan seperti yang dikatakan Bhagawan, Dhanapati telah memilih jalannya sendiri..." sahut Kebo Wungu.
"Lihat ini, rasa-rasanya aku menemukan jejak darah..."
Kebo Wungu membungkuk, dan mengangguk. Ada bercak darah di rerumputan. Sudah mengering namun jelas masih baru. "Kalau begitu kita berada di jalur yang benar."
Keduanya kembali mengamati jejak. Bertahun-tahun mengejar penjahat membuat mereka menjadi sangat ahli dalam mengendus jejak. Mata mereka sudah sangat terlatih untuk mengetahui makna dari rumput yang terkulai atau semak yang patah.
"Dia berjalan sambil menyeret pedangnya," kata Kebo Wungu sambil memeriksa alur memanjang di permukaan tanah. "Dan dia..." kalimat Kebo Wungu terhenti. Pandangannya terarah ke rerumputan.
"Ada seseorang yang tadi terbaring di sini. Lihat, ada bercak darahnya juga..."
"Pasti Dhanapati. Tapi kemana dia sekarang?"
Keduanya dengan teliti memeriksa jejak di rerumputan.
"Ada jejak di sini, dari arah sana," kata Brontoseno. "Rupanya ada orang yang datang. Mungkin dia yang menolong Dhanapati."
Kebo Wungu mengangguk. "Sekarang aku mengerti kenapa Bhagawan menginginkan kita memastikan kematian Dhanapati. Bhagawan pasti telah mendapat firasat kalau Dhanapati tertolong..."