Dengan gerakan cepat, Mohiyang mematahkan beberapa cabang pohon patah tulang ini dan mengibaskannya ke arah Kiran.
Terdorong oleh tenaganya, getah itu mengalir dan memercik ke arah Kiran.
Kiran berjaga. Dia kembali mengeluarkan sebuah kipas dari pinggangnya, hendak menghalau getah- getah itu dengan ajian Vyajana Paramastri ( Kipas Para Bidadari ).
Diangkatnya kipas itu, siap dikibaskan.
Namun belum juga dia mengibaskan kipasnya, Kiran melihat Mohiyang Kalakuthana terbungkuk, terbatuk- batuk dan jatuh ke tanah. Dia mengerang.
Kiran terperanjat.
Dihampirinya nenek tua itu.
" Mohiyang... Mohiyang... " serunya.
Mohiyang masih terbungkuk dan tampak kesakitan. Dia masih terus mengerang, dan diantara erangnya dengan susah payah dia berkata, " Setengah hari. Batasnya setengah hari... "
Kiran tak memahami, mulanya.
Tapi kemudian dia tahu apa maksudnya itu.