Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menakar 3 Bentuk Gerakan Mahasiswa Dilihat dari Lamanya Mencuci Almamater

10 November 2022   07:48 Diperbarui: 10 November 2022   07:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay.com

Demokrasi yang kita nikmati hari ini, tentu tak lepas dari adanya gerakan mahasiswa, terlepas tetek-boroknya arah dan proses Demokrasi kita hari ini.

Mahasiswa hari ini pun sebagai pelanjut tongkat (kera sakti) estafet perjuangan gerakan kakanda senior, dituntut untuk lebih mafhum dan lebih progresif mengawal serta merawat gerakan mahasiswa. 

Gerakan mahasiswa hari ini sebenarnya dapat ditinjau dari beragam aspek, yang mungkin sama beragamnya nama-nama jurusan di fakultas kita (banyak nama jurusan, 1 nama pekerjaan= pengangguran). 

Namun yang lebih referentatif dan empirik hipotesisnya bagi saya adalah, dengan tinjauan dari study kasus tentang lamanya mahasiswa mencuci baju almamaternya. 

Mengingat, baju almamater adalah simbol agung nan suci bagi sebuah perguruan tinggi, maka relevansinya dengan bentuk gerakan mahasiswa sangatlah bisa teruji. 

1. Cuci Baju Almamater Tiap Selesai Mengikuti Event Kampus

Poin pertama ini adalah yang paling lumrah dilakukan oleh mahasiswa, ketika selesai mengikuti event kampus. Almamaternya dicuci, disimpan dilemari kos, atau kardus bekas air gelas mineral (walau defenisinya masih bisa saja disebut lemari), atau digoppo' saja dalam kos (baca: Makassar). 

Sembari menunggu event kampus berikutnya dan cuan uang rokok dari proposalnya. 

Apapun itu, bentuk pencucian almamater jenis pertama ini, adalah implikasi mahasiswa dalam menghadapi proses globalisasi, ekonomi, politik, dan budaya. Globalisasi atas diadakannya event, politik atas digunakannya kardus bekas, dan ekonomi atas cuannya proposal event untuk sebuah pembelian rokok (walau bisa jadi hanya mampu beli perbatang). 

2. Numpang Cuci Baju Almamater Tiap Teman Kos Ngelaundry

Pernumpangan atau dalam defenisi yang lebih eksplisit yaitu pernebengan, begitu murah terjadi dalam cyrcle pergumulan mahasiswa di kos, maka tak heran bila di kategori kedua ini menjadi bagian dari tendensi bentuk gerakan mahasiswa. 

Numpang cuci baju almamater tiap teman kos ngelaundry adalah sebuah implikasi gerakan mahasiswa agar perlu menciptakan cita-cita bersama bangsa yang menjadi landasan pergerakan. Cita-cita dalam kebersihan baju bersama, saling menopang antar baju kotor, demi sebuah kenyamanan gerakan perbusanaan. 

Numpang cuci baju almamater tiap teman kos ngelaundry juga dapat menjadi metode aksi, yang mengkombinasikan aksi massa dan aksi intelektual. Aksinya untuk menggerakkan teman membawakan baju almamater untuk diikutkan laundry, serta aksi intelektualnya untuk berdiplomasi ke temannya agar dibayarkan laundry-annya. 

3. Cuci Almamater Sekali Persemester

Durasi percucian almamater inilah yang memakan dan melahap banyak waktu, sebab hanya sekali seumur--semesternya. Di poin ketiga inilah mahasiswa menuntut dirinya untuk mampu berorganisir dengan ingatannya, sebab jika tidak ia tidak akan tahu letak penyimpanan almamaternya dalam jeda waktu yang cukup lama (6 bulan). 

Mahasiswa pun harus mampu menetralisir warna-warna pakaiannya agar ia mampu menemukan dengan mudah almamater yang ingin dicucinya. 

Harus ada kesatuan pikir dan hatinya, agar masa penyucian almamater dalam jangka waktu enam bulan tidak terlewat. Serta untuk tidak mudah goyah dengan kesibukan yang lain yang dapat memalingkannya dari pencucian almamater perenam bulanan. 

Implikasi gerakan mahasiswa pada poin ketiga ini sejatinya, Mahasiswa juga perlu membina kekuatan dan jaringan yang terorganisir. Gerakan mahasiswa tidak boleh terpisah-pisah dalam kerangkeng ideologi masing-masing organisasi atau kelompok, harus ada satu kesatuan yang utuh terikat dalam satu tujuan untuk membela rakyat. Karena dengan kekuatan yang terpencar akan memudahkan rezim mematahkan gerakan mahasiswa. 

Selain itu gerakan mahasiswa harus mampu berkoordinasi dengan kekuatan pergerakan lain seperti gerakan buruh, petani, nelayan, keagamaan, perkumpulan profesi dll. Demi menyusun barisan oposisi ekstra parlementer yang akan melawan rezim.

~Apapun itu, penyucian pakaian kotor harus disegerakan, sebagaimana kebijakan yang sudah melenceng dari Reformasi harus segera dilawan.

___

Makassar. 10/11/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun