Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Sistem Pendidikan Kita Berorientasi Material

14 Oktober 2022   13:41 Diperbarui: 14 Oktober 2022   13:48 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Tiap kali pembahasan-pembahasan tentang permasalahan pendidikan menguat, menjadi pembicaraan "seksi" untuk mencari-cari boroknya, maka pada saat yang sama pula ujung tolak penggunjingan ialah sistem pendidikan. 

Tak heran dan pelak memang, karena "pendidikan" menjadi bahan pokok dalam rantai "makanan" peradaban manusia. Maka setiap persendiannya yang sakit adalah tanggung jawab kita bersama. 

Tema permasalahannya pun akan kembali ke tema paling mengakar yaitu sistem pendidikan, yang jika semakin jauh ditelisik, maka akan kembali ke hal dan wajah kusam yang sama pula, yaitu orientasi pendidikan. 

Sejauh pandangan semester pikir saya yang dangkal ini, sebagai subjek pengalaman dari lembaga pendidikan, sedari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi. 

Orientasi pendidikan masih kalau tidak bisa disebut hanyalah, bersandar dan meniduri hal-hal material, yang pada ujungnya beralih tata menjadi materilistik. 

Bisa dipahami, sekitar keluarga, tetangga, keponakan, ataupun keponakan pacar (kalau dia masih setia). Yang bocil-bocil nan imut itu, nilai uang jajan mereka haruslah sejalan dengan taraf implikasi proses belajar mereka di sekolah. 

Tidak sampai disitu, adanya gengsi-gengsi sosial pada sebuah lembaga elit (dalam pengertiannya masing-masing). Nilai pertukarannya jajanannya ataupun gaya hidup anak sekolahnya pun haruslah sejalan dengan rotasi perputaran pertemanan dan tempat belajar sekelasnya. 

Tidaklah salah apalagi dosa, namun empiriknya dan muka orientasi pendidikan kita itulah adanya. 

Selalu saja ada "kemaksiatan-kemaksiatan" baik yang nampak maupun tak tampak, dalam orientasi pendidikan kita. 

Maka sesungguhnya. Orientasi Pendidikan perlu sesegera mungkin berbenah. Untuk mengurainya. Yang perlu dilakukan diantaranya;

Mereformasi sistem pendidikan nasional dan mengadopsi beberapa strategi yang ditempuh negara-negara maju dan negara-negara Asia Timur. Reformasi sistem pendidikan terutama yang menyangkut pengelolaan pendidikan, mulai pra sekolah sampai pendidikan tinggi. Model pengelolaan desentralisasi, privatisasi dan korporatisasi sangat layak untuk diterapkan pada pendidikan di Indonesia. Strategi internasionalisasi dan benchmarking perlu dikembangkan di pendidikan tinggi dikombinasikan dengan manajemen mutu pendidikan (education quality assurance).

Kerjasama dengan perguruan tinggi asing harus diperkuat untuk meningkatkan international acknowledgement. Sementara reformasi pendidikan pra sekolah sampai pendidikan menengah dilakukan dengan melakukan peninjaun kurikulum dan meningkatkan keterlibatan pihak swasta, orang tua, masyarakat, dunia industri serta donasi asing dalam pengelolaan pendidikan. Selain itu, pemerintah perlu didorong untuk memfasilitasi model training atau pendidikan khusus untuk menyiapkan kepala sekolah yang berkualitas yang berbasis skill kepemimpinan (principals-based skill leadership) dan pimpinan perguruan tinggi yang expertise sebagai wahana untuk memberi otonomi institusi pendidikan. 

Kebijakan pengelolaan pendidikan harus diikuti dengan regulasi, provisi dan pendanaan yang jelas dan kemudian diikuti "kepatuhan" semua pihak dalam mengawal penyelenggaran dan pengelolaan pendidikan.

~Tabik.
_Makassar. 14 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun