Seumpama bibirku menyentuh dahimu
Mencecapnya sampai terasa garam
Menelannya sampai buncah kenikmatan
Tak selalu
Tak musti
Biji keringatmu menjangkau tepi bibirku
Pun tak selamanya
Dahimu daratannya landas
Ada begitu kuat
Ada begitu semakin sesak
Kita dilahirkan dari perspektif utuh
Kita ditumbuhkan dari norma ibu
Kita dewasa, antara abu dan batu??
Saat kini jadi kekasih
Sampai suatu saat jadi istri
Dahimu tetap lautan bagi bibirku menyelami
Tak pernah benar-benar karam
Tak pernah benar-benar mengarung hamparan
Dahimu
Izin kukecupnya
Seumpama nenek tua yang menghidupi matanya yang telah buta
Tabah
Tidak meminta apa-apa
*****
Makassar. 07 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H