"Mertuanya seakan merasa seru saja kalau banyak orang dan pas ada menantunya, menyuarakan penggunjingannya kepada menantunya"
Awalnya mendengar curhatan suami tante saya yang sering diomongin jelek mertuanya (kakek saya) biasa-biasa saja, sebab saya pikir nggak jauh bedalah dengan ending di sinetron-sinetron tivi.Â
Kalau bukan menyesal, ditinggal mati, jatuh miskin, ataupun bahagia. Kalau boleh saya usul sesekali endingnya punya banyak anak dong, yang semuanya jadi politikus agar penutup dari sinetronnya bukan lagi memperebutkan harta warisan keluarga, tapi memperebutkan kekuasaan demi kepentingannya masing-masing. Hahaha.
Namun dari curhatan suami tante saya tersebutlah, saya mulai agak inscure. Sebab bayangin saja teman-teman tiap malam dia ngeluh pada saya, kayak dia aja punya masalah di dunia ini, sayanya nggak.
Apalagi akar masalahnya hanyalah pada omongan mertua, andai dia mau berpikir secara lebih bijaksana sebenarnya sederhana saja; tutup telinga dan nikmatilah hidupmu yang menderita, bukankah memang hidup manusia hanyalah tragedi semata. Hahaha.
Baca juga : Enam Kiat Jitu Menjaga Hubungan Harmonis Menantu dan Mertua
Sampai pada suatu kesempatan, saya mencoba mendengar keluh kesahnya baik-baik dengan tempo yang sefokus-fokusnya dan meminggirkan subjektifitas posisi saya dan mertuanya yang juga kakek saya.
Dia bercerita kalau sesungguhnya bukan sekadar omongan jelek tentang dirinya yang dia permasalahkan, tapi lebih daripada itu mertuanya, kayak apa di'... seperti anu na sengajaji memang mau na cerita kalau adai.
Mertuanya seakan merasa seru saja kalau banyak orang dan pas ada menantunya, menyuarakan penggunjingannya kepada menantunya, dan si menantu inilah yang dirobek-robek sisi kepercayaan dan keseriusan dirinya telah memilih anak gadis dari mertuanya.
Berbekal keprihatan yang saya rasa agak lebay juga, hahaha. Saya mulai membuka mata kepada suami tante saya yang sering diomongin itu, dan mencoba merunut penyelesainya, dari bagaimana latar belakangnya, rumusan masalahnya, pembahasannya, sampai pada kesimpulannya. *mau bikin tulisan di Kompasiana atau makalah Yul. %^$*^)@()()&#.
Latar Belakang
Pola mertua yang sering ngomongin menantunya ini, pada dasarnya punya akar masalah yang tidak jauh-jauh amat, sebagaimana yang diusahakan manusia abad pertama sampai abad corona, yaitu isi perut dan uang, itu saja sesederhana itu dan sekadar begitu.