Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Beriringan dan Berpapasan

30 April 2020   20:37 Diperbarui: 30 April 2020   20:35 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: diolah dari sumber pixabay.com

1/
Telah pagi
Hari menepati janji
Untuk cerah di sepanjang jalan
Yang kan kulalui

Menuju kampus
Yang tidak terlalu jauh dari kos

Ada saja
Pelajaran yang bisa kuambil
Ketika berjalan

Dari penyapu jalan
Dari pemandu angkutan
Dari sekadar mengabadikan kenangan

2/

Benarlah jika seseorang
Tak perlu banyak belajar teori
Hamparan penderitaan
Kesenjangan
Berlalu lalang

Adalah pelajaran

Itu yang kudalami
Dan telah kuketahui
Membuatku tak selalu fokus
Untuk duduk
Di ruang megah kampus

Ilmu pengetahuan
Tak suka berdandan kan?

3/
Oleh segala pergumulan
Dan perjuangan
Kekosongan hati
Sesekali mengetuk pintunya
Bertanya-tanya dimana isinya
Ia haus
Di tengah gurun
Akunya saja
Yang memasangi topeng di wajahnya
Untuk berlagak

Seperti pelahu nelayan
Di laut yang juga tenang

***

4/

Kesendirian telah menghantarkan
Pada berbagai perjalanan
Untuk menemukan sebesit cerah
Setidaknya
Sebuah cahaya

Yang hanya takdir yang mengetahuinya

Pada pertemuan yang tak disangka
Ia duduk di kursi merah
Menunggu ojek online menjemputnya
Ingin kusapa
Namun bibirku lebih dulu beku
Ingin kubertanya
Namun lidahku lebih dulu dingin

Sekadar kutatap saja ia
Sampai bola mataku lepas
Juga di tatapnya

5/

Berlalu
Kuberlalu
Seumpama angin
Terbawa masa lalu
Tenang
Ia tenang
Sesekali menatap
Layar gawai yang ia genggam

6/

Rerumputan pun meniup arah
Kulewati ruang-ruang kosong
Berbagai macam pengandaian datang

Kualihkan

Ingin tak kupikirkan

Matahari tak mempedulikan
-
Masih kuberjalan
Kiri ke kanan
Mataku memandang
Arahku ingin pulang

Menanyakan kursi merah
Dan sebuah kerudung menjuntai
Jawaban

7/

Aku berhenti
Tak biasanya dada ini
Berdebar mendahului degup nadiku

Sebatang rokok
Di saku
Dari warung yang kubeli kemarin sore
Selalu bisa
Menganggapku hisapannya
Dari dunia yang menghadang kecurigaan

8/

"Hatiku"
Ah tidak
Ini manifulasi kedirianku saja
Buat apa?
Bukan.
Ini kebodohan

Kelam malam
Selalu bisa menipu keindahan

Tapi
Ia terus merasuk
Menjadi bayang-bayang

9/

Kulanjutkan langkah
Ke gedung fakultas
Di tengah kegamangan keingintahuan

Ada di belakang
Jalan beriringan

10/

"Pulpenmu jatuh tadi, ini."

Kubalikkan muka
Benar,

Ia, memanglah ia
Yang sebagaimana singgasan Sulaikha
Berpindah
Dengan tiba-tiba di depanku

"Oh terima kasih
Andai kau tak temui ini
Maka aku tak tahu,
Hari-hari apa yang akan kutemui nanti."

"Maksudmu?"

"Pena adalah diriku di masa depan."

Ia tak paham
Hanya menyelesaikan pertemuan
Dalam ucapan
"Sama - sama."

Kami berpapasan
Namanya Icha

11/

Ya, Icha
Sebuah nama yang masih membuatku ragu
Dalam makna puisi-puisiku

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun