Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebenarnya Pelajaran Paling Berharga adalah dari Poster-poster Kecil Huruf Abjad dan Angka yang Ada di Rumah Kita

10 Februari 2020   10:22 Diperbarui: 10 Februari 2020   10:30 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Kemarin sekitar jam 04 sore saya melahap dua buku sampai menjelang magrib dan setelah magrib saya melanjutkan satu buku lagi, walau tak semua saya selami lembaran-lembarannya.

Sebagaimana anda, ketika membaca buku tentu banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik untuk menjadi refleksi dan sudut-sudut pandang untuk melihat kehidupan dengan lebih baik, tak jarang kita hanyut dalam semilir kata-kata, hembusan-hembusan kalimat, dan terpaan gagasan yang ada dalam sebuah buku.

Benarlah jika buku adalah jendela dunia, walau bagi saya pemaknaan tersebut masih sangatlah sempit, sebab jika ingin diperluas lagi harusnya menjadi ladang yang luas seluas dunia itu sendiri, tempat dimana kita, bisa mencicipi segala pemikiran, pengetahuan, dan wawasan dari beragam pohon-pohon disipilin ilmu maupun genre-genre tulisan.

Selalu ada pelajaran berharga setipis apapun buku itu, namun kemarin, seperti tadi yang saya katakan--selepas magrib membaca satu buku lagi--saya seakan diberi pukulan hebat dari poster-poster kecil huruf abjad dan angka yang dipelajari adik saya di rumah.

Betapa tidak, saya yang sudah kuliah ini tentu telah banyak mempelajari ilmu sesuai disiplin keilmuan saya (walau sering tidak kumpul makalah hehe) dan telah berguru dari banyak dosen (walau kadang ada dosen yang killernya minta ampun hehe), serta telah merasa punya banyak pelajaran yang saya ketahui ketimbang adik-adik saya yang masih kelas 1 SD itu--saya harus sadar sesadar-sadarnya akan pelajaran paling berharga di depan adik-adik dari poster kecil huruf abjad dan angka yang ia masih eja penyebutannya.

Pelajaran berharga itu diawali ketika saya mulai melihat diri saya sendiri sewaktu masih kecil, dengan masih polosnya saya diajari oleh ibu untuk menyebut huruf abjad satu persatu dengan baik, begitupun dengan angka. Saya pun kemudian, berpikir jika bukan dari media poster-poster kecil huruf abjad dan angka yang dipakai ibu saya itu, sebagai sarana yang menghantarkan saya bisa membaca dan menjumlah angka-angka, bisa apa saya hari ini?.

Kemudian berlanjut ketika saya menempatkan diri sebagai seorang anak SD yang baru mengenal huruf abjad dan angka-angka layaknya adik saya, dengan terbata-bata saya mengeja penyebutannya, dengan kesungguhan hati saya terus mencoba salah demi salah menyebutnya sampai penyebutannya terdengar benar dan melangkah ke huruf yang lain.

Betapa saya pada saat itu masih belajar mengenal dan menyebutkan nama huruf dan angka dengan benar--saya adalah pembelajar yang sejati, saya tak memikirkan eksfektasi fana apapun dari apa dan saya pelajari, saya hanya belajar terus dan terus belajar, jika bukan karena itu saya punya kualitas diri apa hari ini?.

Terus berlanjut lagi sampai ke titik yang lain, saya masih menempatkan diri saya seperti adik di depan ibu yang mengajar mengenal huruf dan angka melalui poster kecil di rumah, bahwa sejauh dan setinggi apapun pencapaian yang telah saya raih hari ini, (terlepas dari peran ibu) saya tidak akan bisa menghasilkan karya-karya yang kiranya tak ada yang tidak bersentuhan denga huruf abjad dan angka--itu pasti. Sebab itulah inti sari peradaban sampai hari ini.

Tak sampai di situ, saya kemudian mempelajari dan menerawang kilas-kilas pergantian ruang-ruang yang terjadi dalam hidup saya, jika ditelisik lebih dalam, tak ada satu pun ruang-ruang itu yang jauh dari persinggungan huruf abjad dan angka, dari muatan objek yang besar, lumayan besar, sampai ke yang paling terkecil.

Contoh konkretnya saja; saya tak akan mampu menulis artikel ini jika bukan dari awalnya saya mengenal huruf dan angka dari poster-poster kecil di rumah, sampai menjadi saya bisa membaca dan saya bisa menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun