Saya terdiam, dan tak lama kemudian driver grab food telah datang dan membawa gorengan, obrolan kami seketika mencair seperti cairnya sambal gorengan yang kami nikmati.
Di sela-sela teman saya menikmati gorengan tersebut, ia menyalakan televisinya dan menonton berita, berita yang kami lihat memicu kembali teman saya untuk bercerita banyak tentang kekurangan-kekurangan negara. Di stasiun televisi tersebut diberitakan bahwa adanya banyak daerah yang dilanda banjir.
"Liatmi, adanya banjir sebenarnya karena ulah kita sendiri, dan negara tidak tuntas menyadarkan dan memberi kebijakan yang kuat kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan." kata teman saya.
Semakin lama semakin saya terasa, betapa obrolan kami hanya nyinyiran yang ndak ada batang ujungnya, saya pun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan tentang kondisi motor saya.
"Motorku itu bela.., gundul sekalimi bannya, baru maumi juga dipake untuk pigi meneliti nanti." keluhku kepada teman saya (saya saat ini juga sedang mempersiapkan proposal tesis).
"Aihh. Gantimi barua, nasiksa tonjiko itu nanti."
"Itumi bela, kupikir-pikir juga ini, baru nda adapi bayaran DP-nya dari proyek ketikan yang kita kerjakang."
Dengan mengalihkan pembicaraan, teman saya itu sedikit tenang dari banyaknya kerisauannya tentang negara yang tadinya ia lontarkan. Sampai suatu ketika, di antara penghabisan kami menikmati gorengan, teman saya seakan melanjutkan pembicaraan perihal motor.
"Itu juga e, motorku belumpi kubayar pajaknya, setahun yang lalu setelah saya mengganti platnya!"
Awalnya mendengar kata teman saya itu, yang belum membayar pajak motornya terkesan biasa saja, akan tetapi entah kenapa makin ke sini saya mulai kepikiran bahwa pajak motor saja belum dibayar, bagaimana mau mikirin negara. Kan?
Apa yang saya ceritakan di atas dengan teman saya, bisa jadi salah satu sampel dari banyaknya kalangan masyarakat dalam berbagai macam bentuk obrolan (offline dan online) yang passionnya ngegosipin negara namun lupa hal apa yang telah diabdikan untuk negaranya.
Jadi nggak usahlah sok-sok mikirin negara kalau pajak motor saja masih nunggak, mengutip beberapa bait puisi KH D Zawawi Imron dalam "Indonesia Tanah Sajadah".
... Kita minum air Indonesia menjadi darah kita
Kita makan buah-buahan dan beras Indonesia menjadi daging kita
Kita menghirup udara Indonesia menjadi napas kita
Satu saat nanti kalau kita mati
Kita akan tidur pulas dalam pelukan bumi Indonesia
Daging kita yang hancur Â
Akan menyatu dengan harumnya bumi Indonesia .....
Dan bagi teman saya tadi dan membaca tulisan ini, besok sama-sama miki pigi bayarki pajak motorta' karena saya belumpa juga, hehe. Sesudah itu barumiki bisa mikirin negara lagi tomang.
Udah itu aja, Tetaplah tersenyum dan berbahagialah selalu MyLov~