Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

7 Kebahagian yang Bisa Dilahirkan Ketika Menikah di Usia Ideal

12 Agustus 2016   09:42 Diperbarui: 12 Agustus 2016   09:53 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: www.weddingku.com

Menikah adalah sebuah ritual suci yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan, demi keberlangsungan hidup umat manusia melalui akad yang direstui oleh kedua orang tuanya. Menikah pun sering diidentikkan dengan bersatunya dua tulang rusuk yang sama atau bertemunya tukang kebun dengan ladangnya, tukang kebun sebagai laki-lakinya dan ladangnya sebagai perempuannya, tukang kebun haruslah menanam yang bermanfaat di ladangnya, memeliharanya sebaik-baiknya, maka, ladang itu menyuburkan tanaman dan memberi hasil panen yang memuaskan kepada si tukang kebun. Begitulah yang saya pahami tentang sebuah pernikahan.

Karena pernikahan adalah sebuah ritual suci maka tentu, calon yang akan melakukan ritual itu juga harus suci secara lahir dan batin, idealnya bagi perempuan di atas 20 tahun dan laki-laki di atas 25 tahun sebagaimana yang disosialisasikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Menurut saya di usia itu adalah usia dimana perempuan dan laki-laki bisa "mengelilingi dapur sebanyak 7 kali", wah mungkin ada yang bertanya, usia 10 tahun juga bisa kok mengelilingi dapur sebanyak 7 kali?, atau ada juga bertanya, apa hubungannya menikah dengan mengelilingi dapur sebanyak 7 kali?. coba saya jelaskan sedikit tentang pertanyaan itu.

Benar sekali, usia 10 tahun sudah pasti bisa mengelilingi dapur sebannyak 7 kali. Akan tetapi, yang saya maksud di sini apakah bisa usia 10 tahun membeli, melengkapi, dan memenuhi seluruh kebutuhan dapur yang ada di rumah. Tentu tidak, karena yang saya maksud "mengelilingi" yaitu membeli, melengkapi, dan memenuhi.
Adapun hubungannya erat sekali, karena setelah membangun rumah tangga dapurlah yang menjadi ruang untuk memahami kesejahteraan rumah tangga itu sendiri.

Sebagai contoh, suami bisa memahami kesejahteraan istrinya dengan melihat alat yang dipakai memasak, istri tentu tersiksa jika masih memakai kayu bakar atau kompor minyak tanah untuk memasak, begitupun dengan istri dapat memahami kesejahteraan suminya dengan memasakkan makanan yang disukai suami, keduanya pun dapat memahami kesejahteraan anak-anaknya dengan melihat piring yang telah dipakainya makan, jika si anak menyisahkan banyak makanan di piringnya itu berarti kesejahteraannya terganggu di dalam rumah tangga, dan masih banyak lagi yang bisa dipahami dalam hal ini 7 kali bisa jadi juga lebih. Semuanya itu dilakukan di dapur, kaitannya erat bukan.

Jadi, telah jelas bahwa usia Ideal dalam menikah berarti laki-laki maupun perempuan telah mampu "mengelilingi dapurnya sebanyak 7 kali" pernyataan itu hasil dari refleksi saya dengan petuah di daerah saya yang mengatakan "jika engkau ingin menikah kelilingilah dapurmu sebanyak 7 kali, jika engkau bisa, maka menikalah".

Output yang dihasilkan dari kemampuan "mengelilingi dapur sebanyak 7 kali" dalam hal ini ialah menikah di usia ideal tentu ada, secara umum yang didapatkan masa depan cemerlang. Namun karena rumah tangga yang sejahtera itu terbangun dalam jangka waktu yang lama sampai diakhir hayat, berarti kebahagiaannya pun harus sampai diakhir hayat. Maka timbul pertanyaan, apakah dengan mampunya kita mengelilingi dapur sebanyak 7 kali ( usia ideal), rumah tangga dapat sejahtera sampai akhir hayat?, jawabannya tentu tiidak menjamin. Namun, dari kesadaran mengelilingi dapur sebanyak 7 kali, akan membuat kita bisa melahirkan kebahagiaan sampai di akhir hayat dalam rumah tangga, setidaknya ada 7 kebahagiaan rumah tangga yang bisa kita lahirkan. Berikut pemaknaan saya dari petuah "mengelilingi dapur sebanyak 7 kali" dan kuteransfer ke dalam 7 kebahagiaan yang bisa dilahirkan ketika menikah di usia ideal, yaitu :

(eitzz, terlebih dahulu mari kita bersama-sama mengelilingi dapur kita, ada apa saja di sana, namun jangan sampai singgah di meja makan ya.., takutnya kekenyangan sehingga lupa kelilingnya)

1. Ada Bumbu Dapur (Lahirnya Hubungan Yang Sempurna)

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa menikah di usia ideal berarti telah mampu "mengelilingi dapur sebanyak 7 kali" (tentu anda telah tahu maksudnya kan). Ya..., saat kita ke dapur benda yang pasti ada adalah bumbu dapur. Menurut saya, menikah di usia ideal berarti kita menyadari peran sebagai istri maupun suami untuk saling melengkapi kekurangan pasangan, kurang bahagianya, kurang senyumnya, atau kurang tawanya. Seperti garam, pitsin, merica dan sebagainya, yang melengkapi, melezatkan, atau mewangikan masakan Ibu di rumah (jadi ngiler nih.., teringat Coto Makassar dan Pallu Basa) maka, jika kita telah mampu saling melengkapi antara suami dan istri atau sebaliknya, lahirlah KEBAHAGIAAN sempurnanya suatu hubungan pasangan suami istri.

2. Ada Kopi dan Teh (Lahirnya Hubungan Yang Istimewa)

Serasa tak jauh beda dengan poin yang pertama, cuma ini menghangatkan. Kopi dan Teh juga pasti telah siap di rak-rak dapur kita, Menurut saya, menikah di usia ideal berarti kita menyadari akan posisi sebagai pasangan untuk saling menghangatkan dikala hujan datang, menghangatkan sedihnya dengan sebuah kecupan, menghangatkan letihnya dengan sebuah pelukan, atau menghangatkan Air matanya denganmemegang erat tangannya. Seperti kopi dan teh yang menghangatkan gigilnya tubuh kita saat meneguknya di teras rumah, maka, jika kita telah mampu untuk saling mengahangatkan antara suami dan istri atau sebaliknya, lahirlah KEBAHAGIAAN istimewanya suatu hubungan pasangan suami istri.

3. Ada Beras (Lahirnya Hubungan Baik Pasangan Suami Istri)

Inilah makanan pokok orang Indonesia--Beras, Menurtut saya menikah di usia ideal berarti kita telah mampu menyadari hadirnya suami ataupun istri untuk saling memuaskan hati, tidak membuatnya jengkel, marah atau curiga, membuatnya selalu bahagia, ceria dan ramah. Seperti Beras yang memuaskan kelaparan kita, membuat otot-otot bisa kembali bekerja, maka, jika kita telah mampu untuk memuaskan hati antar pasangan, lahirlah KEBAHAGIAAN baiknya suatu hubungan pasangan suami istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun