Indonesia terus memperluas jaringan dan pasar perdagangan baru dengan sejumlah negara, utamanya yang punya kekuatan ekonomi besar seperti India. Hal itu terlihat saat  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu Minister of Commerce and Industry, Consumer Affairs India Mr. Piyush Goyal pada dalam rangkaian Pertemuan Tingkat Menteri IPEF di San Francisco Selasa (14/11). Dalam pertemuan tersebut kedua pihak punya pandangan sama bahwa pembicaraan berlangsung produktif karena yang dibicarakan adalah peluang dan kerjasama baru di berbagai bidang seperti  pertanian dan peternakan, ketahanan pangan, industri otomotif, energi terbarukan, serta industri pertambangan. Tujuan utama dari upaya tersebut adalah agar perdagangan kedua negara berlangsung seimbamg.
Sebagai negara yang sedang merubah orientasi dari Barat (Eropa) menjadi lebih ke Timur (Asia Pasifik), India yang terletak di Asia Selatan pantas merasa tertarik dengan apa yang telah diselesaikan Indonesia dalam IPEF (Indo Pasific Economic Forum) karena inisiatif tersebut memberi wadah kerjasama lebih luas bagi 13 negara yang menjadi mitra di dalamnya. Apalagi IPEF sendiri telah menyelesaikan empat tahap pilar perundingan, sehingga sudah bisa menjadi panduan bagi pebisnis masing-masing negara dalam mendapatkan peluang yang tepat bagi usaha mereka . "Kami sangat menantikan efek positif IPEF terhadap perdagangan dan investasi khususnya dengan Indonesia," ujar Menteri Piyush mengawali pertemuan bilateral tersbeut.
Dari sisi Indonesia, Menko Airlangga menyambut terbuka niat negara yang kini menjadi nomor satu di dunia dalam jumlah penduduk tersebut dan  berharap hubungan antara Indonesia dengan India semakin erat, serta menyatakan bahwa India merupakan mitra dagang Indonesia yang dapat diandalkan, khususnya di era pandemi Covid-19. "Kami sangat menghargai hubungan bilateral yang baik ini. Terkait G20 yang India baru saja menyelesaikan tugasnya, Airlangga mengungkapkan ketertarikan  Indonesia untuk menjadi bagian dari Aliansi Biofuel Global yang diluncurkan pada G20 India, mengingat Indonesia adalah salah satu penghasil biofuel terbesar di dunia", kata Airlangga.
Dari sisi India, negara tersebut mengutarakan minatnya berinvestasi di Indonesia pada  sektor energi bersih, karena juga mempertimbangkan besarnya potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia dan adanya progam Carbon Capture Storage (CCS). Menteri Piyush juga menyoroti pentingnya kesimbangan dalam perdagangan. "Kami mengharapkan pasar Indonesia dapat lebih kompetitif dan memberikan kesempatan bagi produk India yang berkualitas di Indonesia," ungkap Menteri Piyush.
Di sisi lain, India mengharapkan produk otomotif dan farmasi negaranya bisa diterima di Indonesia serta berharap bisa meminimalisir hambatan non tarif produk negara ini  di pasar Indonesia. India juga mengharapkan adanya kesempatan berinvestasi lebih luas untuk proyek pembangunan bandara, farmasi, dan rumah sakit. Menteri Piyus juga mendorong kerjasama investasi konkrit di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) antara salah satu group perusahaan pengelola Rumah Sakit Indonesia dengan Apollo Hospital Group dari India.
Kedua Menteri juga membahas penguatan perdagangan untuk komoditas pertanian dan peternakan seperti keberlanjutan akses pasar minyak kelapa sawit Indonesia di India, dan komoditas beras dan daging. "India tetap menjadi pertimbangan utama untuk menjadi pemasok beberapa komoditas penting di Indonesia," ungkap Menko Airlangga. Kedua Menteri juga membahas kerja sama pupuk urea untuk menjaga ketahanan pangan kedua negara.
Menteri Piyush mengajak Indonesia untuk mengadakan kerja sama sertifikasi halal dengan India untuk memberikan peluang bagi peningkatan perdagangan produk halal antar kedua negara melalui kerjasama Mutual Recognition Agreement (MRA) antar kedua negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H