Hal itu terlihat dari data inflasi bulanan yang tetap dalam rentang yang ditargetkan, kendati masyarakat baru saja melakukan perayaan Idul Adha 2023. Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 3,52% (yoy), telah kembali seperti  sasaran tahun 2023 yakni 3%1% dan untuk bulanan, tercatat sebesar 0,14% (mtm), atau naik 0,09 persen dibanding Mei 2023 dan tetapi lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (Juni 2022) yang sebesar 0,61% (mtm).
Mengapa Idul Adha Juni ini penting, karena data  historis menyebut moment tersebut jadi pendorong kenaikan harga dan itu terlihat dari VF(volatile food/VF) yang sebesar  0,44% (mtm) karena datang dari kenaikan harga komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih. Namun demikian, hingga tengah tahun inflasi VF tercatat sebesar 3,22% (ytd) atau secara tahunan sebesar 1,20% (yoy), lebih rendah bulan dari sebelumnya (Mei 2023) sebesar 3,28% (yoy).
"Capaian inflasi hingga tengah tahun 2023 tetap terkendali dan telah kembali masuk kisaran target inflasi. Hal ini merupakan hasil koordinasi dan sinergi yang solid dari TPIP dan TPID. Ke depan, sinergi ini akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi tahun 2023 tetap dalam kisaran sasaran untuk menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, awal pekan ini.
Data positif tak cuma datang dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang tak lain adalah institusi pemerintah. Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) juga merilis data perkembangan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia untuk Juni 2023. Rilis yang keluar menyatakan bahwa PMI Manufaktur Indonesia ada di level ekspansif sebesar 52,5, naik dari posisi bulan lalu yang sebesar 50,3, dan ini adalah level tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir. Ini lebih baik dari pada Malaysia yang sebesar 47,7 dan Vietnam (46,2) yang mengalami kontraksi. Sementara itu catatan ekspansif dari  indeks PMI Manufaktur juga diperlihatkan Thailand (53,2), Singapura (52,7), dan Filipina (50,9) mencatatkan ekspansi.
"Aktifitas ekonomi yang menguat dan membuat PMI terus naik ke level ekspansif sekaligus stabil selama 22 bulan terakhir, mejadi bukti dari ekspektasi positif pelaku usaha terhadap ekonomi. Situasi yang pada gilirannya akan membuat daya tarik investor untuk menanam modal baru ke Indonesia semakin kuat,"lanjut Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini.
Maka ditengah persaingan ketat global akibat kondisis yang masih belum menentu, pemerintah akan terus mendorong daya saing ekonomi, terutama pada saat kondisi PMI Indonesia terus mencatatkan ekspansi. "Celah-celah permintaan global pun harus kita isi dan terus meningkatkan peran kita di Global Value Chain (GVC)," imbuh Menko Airlangga.
Sementara dari sisi domestik, permintaan  yang masih tinggi turut jadi penunjang bagi aktitifitas manufaktur. Terlihat dari aktifnya sejumlah perusahaan merekrut tenaga kerja baru dan membuat jumlahnya naik menembus angka tertinggi pada sembilan bulan terakhir dan mejadi wujud umum dimana ekspektasi perusahaan manufaktur ke depan bertahan di level positif. Kenaikan penjualan yang didorong oleh permintaan dalam negeri menjadi sentimen utama atas prospek positif ekonomi ke depan. "Meski ekonomi global masih dalam tren melemah, aktivitas manufaktur Indonesia terus melaju karena ditopang aktivitas ekonomi yang menggeliat, dan permintaan dalam negeri yang terus tumbuh kuat. Alhasil, kita terus melihat bahwa berbagai aspek penting determinan penggerak ekonomi terus berada pada jalur yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tangguh," pungkas Menko Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H