enterpreneur banyak menjadi cita-cita anak muda Indonesia. Namun tak banyak yang mampu mewujudkan dan mempertahankan sukses yang telah diraih. Jatuh bangun adalah cerita biasa, bangkrut dan tersingkir juga sudah jadi kisah keseharian.  Sebanyak yang kalah, jumlah yang ingin terjun pun tidak berkurang dan berhasil berkembang hingga mancanegara.
Cita-cita menjadi saudagar yang dalam bahasa kekiniannyaKhusus untuk yang terakhir ini, kredit dan apresiasi harus diberikan lebih dari mereka yang baru bisa berkembang di dalam negeri. Karena persaingan yang dihadapi  sudah pasti jauh lebih berat daripada, selain kendala bahasa, budaya beragam faktor non teknis juga turut memberati. Maka saat ada  yang sukses, pujian dan angkat topi harus diberikan  Karena mereka bukan besar di kandang, melainkan jagoan di negeri orang.
Demikian lah yang disampaikan  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat bertemu muka dengan para pebisnis dan pelaku usaha asal Indonesia di Livingstone Warehouse, Sydney Australia, Senin (3/7/2023). Kepada mereka Airlangga  memberi semangat untuk menjadi jagoan dalam mengelola bisnis di luar negeri meskipun menghadapi banyak tantangan berupa regulasi dan kepatuhan yang ketat.
"Tak  mudah menjadi Jagoan di negeri orang," kata Menko Airlangga saat tatap muka dengan para diaspora Indonesia yang tengah membangun usaha di Australia, dan berjuang agar bisnis mereka bisa survive dan sustainable.
Meski sebagai diaspora tidak semestinya juga  melupakan jati diri kebangsaan, melainkan tetap mengemban mandat sosial untuk gencar mengenalkan keunggulan bangsa dan kewarganegaraan Indonesia. Airlangga juga menyebut mereka sebagai inspirator untuk diaspora yang sukses membangun bisnis mereka dari awal di negara asing dan menyebut mereka sebagai pahlawan Indonesia.
Karena yang ditemui adalah para pebisnis pemula, maka Airlangga juga menyampaikan informasi mengenai dukungan, insentif, dan peluang yang ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung bisnis UMKM. Salah satu contohnya adalah pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada produsen UMKM lokal yang produknya akan diimpor oleh para pebisnis diaspora di Australia. Dengan adanya KUR, modal pembiayaan akan menjadi lebih terjangkau karena bunga kredit akan diberikan subsidi sebesar 6 persen
Untuk diketahui,  Livingstone International merupakan  agregator dan pergudangan milik pebisnis asal Indonesia, Ivan Paulus dengan total 6 unit di seluruh Australia. Dari keenamnya, dirinya, mengelola lebih dari 60 ribu jenis produk ke 91 negara dengan nilai impor USD220 juta atau setara Rp3,3 triliun per tahun. Ivan bersama kawan-kawan pebisnis diaspora di Australia berkomitmen untuk mempromosikan produk-produk Indonesia di Australia, menggantikan pangsa pasar produk dari Tiongkok dengan produk-produk Indonesia. Ivan juga memperkenalkan kepada Menko Airlangga para pebisnis asal Indonesia di Australia yang bergelut di berbagai usaha dari kuliner, produk makanan dan minuman Indonesia, konsultan properti, perabotan berbahan alam seperti bambu dan rotan hingga teknologi kontrak digital.
Pada saat sama, diperkenalkan juga model pembayaran langsung dengan kurs lokal atau local currency transaction (LCT) dan memberi manfaat berupa pengurangan beban nilai tukar yang ditanggung pembeli produk UMKM. Dengan model pembayaran ini, produk UMKM bisa menjadi lebih murah. Model LCT ini sedang diperkenalkan dan diujicobakan dalam kepemimpinan Indonesia di ASEAN tahun ini. Jelas, kombinasi antara ketangguhan dan kreativitas pebisnis diaspora dengan dukungan kebijakan pemerintah yang suportif akan kian membuka peluang pebisnis diaspora meraih sukses dan menjadi jagoan di negeri orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H