Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Airlangga Hartarto dan Kebijakan Sawit Berkelanjutan Indonesia

25 Agustus 2022   15:23 Diperbarui: 25 Agustus 2022   15:24 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangkaian langkah dan kebijakan terus dipersiapkan pemerintah bagi industri sawit nasional. Upaya tersebut tidak lepas dari posisi strategis komoditas ini sebagai salah satu sektor andalan ekonomi nasional sekaligus penyumbang besar untuk devisa negara.
 
Indonesia telah menjadi produsen sawit terbesar dunia sejak tahun 2016, posisi yang terus bertahan hingga saat ini dimana Indonesia telah menjadi pemasok total 54 persen kebutuhan sawit dunia. Posisi yang secara langsung juga menempatkan negara kita sebagai pemasok utama minyak nabati global. Dengan persentase sebesar itu, minyak sawit Indonesia mampu menjangkau lebih dari 125 negara yang terkait keperluan pangan, energi dan aneka industri hilir lainnya.

Dalam hal dalam negeri,  peran strategis industri kelapa sawit bisa dilihat dari data serta pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak dengan budidanya.  Dimana tidak kurang 12 juta jiwa menggantungkan hidup kepada usaha perkebunan ini. Selain menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah besar, industri ini juga turut menopang kemajuan pedesaan serta mengurangi kemiskinan  secara signifikan. Peluang dan kemungkinan untuk terus bertumbuh juga semakin besar karena permintaan kepada minyak nabati ini juga kian tinggi.

Meski punya gambaran positif dan menggembirakan, namun dari sisi pemerintah dorongan kepada industri ini untuk bergerak ke level yang lebih tinggi dalam penguatan nilai tambah juga terus disuarakan.  Bentuknya mulai dari pengembangan industri hilir dan tidak terkonsentrasi hanya pada bahan baku, namun juga mulai bergerak ke hilir bahkan sampai produk akhir.

Support itu dikemukakan pemerintah melalui berbagai kerangka kebijakan komprehensif dan kerja sama antar para pihak demi terus berkembangnya industri ini dalam ruang lingkup isu keberlanjutan usaha yang ramah lingkungan. Bentuk dukungan itu antara lain dalam bentuk Sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) 2019-2024, hingga Program Strategis Nasional tentang Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). "Semua bertujuan agar Kontribusi sektor perkebunan kelapa sawit yang besar  perlu  terus diiringi dengan sustainability atau keberlanjutannya bagi lingkungan dan masyarakat luas agar sejalan dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan," ungkap Menko  Perekonomian Airlangga dalam satu acara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun