Indonesia menjadi satu dari sejumlah kecil negara di dunia yang mampu pulih dengan cepat dari dampak ekonomi  virus Covid-19. Keberhasilan yang ditunjukkan secara data, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke posisi sebelum hantaman itu terjadi pada pertengahan 2020 lalu.
Itu dapat dilihat dari laporan BPS pada kuartal III 2021 terhadap kuartal III-2020 dimana pertumbuhan ekonomi naik sebesar 3,51 persen (y-on-y), meski melambat dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya. Namun  angka itu secara rata-rata dunia tercatat sudah sangat baik, karena tidak banyak negara yang mampu langsung pulih dalam waktu singkat, setelah dihantam gelombang kedua virus yang berasal dari China tersebut. Kemampuan untuk segera pulih, serta data yang terus menunjukkan trend positif secara ekonomi pada waktu-waktu sesudahnya, menjadi bukti bahwa langkah-langkah strategis yang selama ini dilakukan pemerintah sudah benar.
Keputusan dan hasil yang membesarkan hati itu, secara tidak langsung juga membuat Indonesia bisa kembali berkonsentrasi kepada rencana-rencana yang telah disusun saat pandemi belum merebak. Salah satunya meningkatkan terus  PDB (Produk Domestik Bruto)  agar Indonesia tidak jatuh dalam status apa yang disebut sebagai jebakan negara berpendapatan menengah ( Middle Income Trap).
Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia saat ini masuk dalam kategori negara dengan pendapatan menengah ke atas atau gross national income  (GNI) di antara US$ 4.046 hingga US$ 12.535 per tahun. Karana salah satu indikator sehatnya ekonomi suatu bangsa adalah rentang pendapatan per kapita yang secara langsung juga menunjukkan level kemakmuran masyarakat.  Pengelompokkan kategori pendapatan negara tersebut dihitung berdasarkan GNI per kapita masing-masing negara dengan metode Atlas Bank Dunia. Indonesia sebelumnya masuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah bawah.
Posisi menengah atas itu tak serta merta menempatkan Indonesia boleh merasa puas dan cukup selamanya di posisi demikian. Ada ancaman lain yang juga membayangi jika situasinya dibiarkan stagnan. Karena sebagai negara berpendapatan menengah, sejumlah tantangan lain juga sudah menanti, yang jika tak diantisipasi, akan menghambat peluang Indonesia untuk masuk kepada kelompok negara berpenghasilan tinggi atau High Income Countries (HIC), seperti Singapura, Â Taiwan, Jepang atau Korea.
Beberapa studi menyebutkan bahwa faktor rendahnya dukungan infrastruktur, ketidakberdayaan membangun kemandirian pangan serta perlindungan sosial merupakan faktor penyebab selain tentunya faktor Sumber Daya Manusia (SDM), birokrasi, dan supremasi hukum yang juga menjadi faktor penentu bisa tidaknya satu negara menapaki kelas yang lebih tinggi itu. Â Karena jika tidak, Â potensi gagal menjadi negara dengan pendapatan tinggi itu sangat mungkin terjadi , atau terjebak sebagai negara dengan pendapatan tetap di papan tengah.
Â
"Maka Langkah untuk berusaha keluar dari jebakan negara pendapatan menengah itu yang menjadi satu dari bagian target pemerintah" "kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Rencana tersebut tergambar dalam langkah jangka pendek terkait perkembangan penangan covid-19 yang tetap konsisten, mulai dengan pelonggaran aturan PPKM. Hingga wacana menjadi virus tersebut turun dari level pandemi menjadi endemi.
Â
Seluruh hal tersebut menjadi penjelas bahwa pemerintah telah siap untuk kembali mendorong gairah aktifitas masyarakat seperti masa sebelum bencana ini datang. Tujuan akhirnya adalah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang sebesar sebesar  5,2% (yoy)," kata Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu.
"ini menjadi momentum yang  perlu dijaga dan tingkatkan bersama sehingga  ekonomi dapat tumbuh tinggi sekaligus  keluar dari Middle Income Trap . Komitmen pemerintah itu diwujudkan dalam bentuk berbagai program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural," tutup calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H