Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Teroris Ikut "Garap" Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

7 Juli 2019   23:15 Diperbarui: 8 Juli 2019   00:21 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini masyarakat umum hanya paham bahwa embrio dan kelompok radikal yang berujung pada aksi terror di Indonesia berasal dari sekolah dan pesantren. Atau dibawa oleh sejumlah orang yang pernah terjun langsung di sejumlah negara yang terlibat konflik, lalu dikembangkan di tanah air melalui pengajian.

Selain lewat pengajian ideology takfiri yang menjadi "mesiu" utama kelompok ini diketahu juga ikut menyasar lembaga pendidikan tinggi, seperti kampus dan universitas. Sehingga, gambaran yang muncul adalah mereka masih bergerak di tataran ideology. Kalaupun ada aksi, itupun untuk kepentingan jangka pendek.

Namun gambaran tersebut, saat ini tak lagi sederhana seperti yang terlihat selama ini.

Para teroris atau simpatisan organisasi pengusung ide khilafah tersebut sudah berpikir lebih jauh. Mereka sudah masuk pada tahapan jangka panjang, yakni dengan menyiapkan sumber pendanaan secara mandiri. Caranya yaitu dengan memanfaatkan potensi ekonomi pada perkebunan kelapa sawit.

Fakta itu terungkap setelah polisi khususnya Densus 88 Anti teror berhasil membongkar jaringan teroris kelompok Jamaah Islamiah atau JI beberapa waktu lalu di Jawa Barat dan Jawa Timur. Dari beberapa lokasi terpisah itu polisi berhasil mengamankan sejumlah tersangka.

Salah satu dari mereka berisinial PW ternyata adalah juga seorang juragan kebun sawit. Dari pemeriksaan pasca ditangkap di Bekasi, PW bersama jaringannya diketahui memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang lokasinya berada di Sumatera serta Kalimatan. Menurut polisi, di kedua daerah tersebut kategori kebunnya bukan lagi perkebunan rakyat, melainkan sudah masuk kategori perusahaan besar..

Dari operasional perusahaan itulah mereka menggaji para petinggi JI dengan kisaran rp10-15 juta per orang setiap bulan, selain untuk untuk operasional organisasi secara umum.

 PW bahkan diduga telah menjabat sebagai Amir, atau pimpinan tinggi, sebuah gelar yang selama ini hanya dilekatkan kepada Abu Bakar Baashir.

Saat ini, aliran dana dari perkebunan kelapa sawit milik anggota JI yang juga terafiliasi dengan organisasi Al Qaedah untuk teroris global tersebut terus digali oleh polisi. Khususnya kepada lembaga mana saja dana tersebut mereka alirkan. Karena selain PW ada juga sosok SA yang diduga tahu banyak tentang perkebunan itu dan keduanya telah menekuni bisnis perkebunan ini selama 19 tahun. SA sendiri ditangkap di daerah Magetan, Jawa Timur bersamaan dengan penangkapan PW.

Dengan strategi penguatan pendanaan tersebut, maka organisasi ini belum memiliki rencana aksi untuk jangka pendek. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, organisasi ini terlihat tak beraksi, karena mereka lebih aktif dalam perekrutan anggota baru. Atau mengirim anggota yang sudah matang untuk berlatih ke sejumlah negara yang sedang konflik seperti seperti Suriah guna memperdalam kemampuan militer.

Jadi paham ya, betapa organisasi terlarang itu bergerak dalam senyap mengumpulkan kekuatan dan tenaga dan kekuatan untuk kemudian bergerak secara total. Tujuan utamanya tak lain mendirikan pemerintahan berbasis khilafah Islamiah di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun