Anda akan dibawa terpingkal-pingkal oleh hasrat bapak calon Bupati yang menghalalkan segala cara untuk menang PILKADA. Sekaligus tragis, sebab hasrat yang tak kesampaian ini membuat bapak calon Bupati begitu mudah menghancurkan hidup sekelompok penari lengger lanang dan warok dengan cap komunis.
Trauma tubuh hadir secara berulang-ulang.
Juno, lahir dari bapak yang memiliki trauma keluarga besar dibantai dengan tuduhan PKI. Trauma sama, kemudian membelit Juno yang hidup di era reformasi dengan tuduhan tetap sama: yaitu PKI.
Dalam film Kucumbu Tubuh Indahku, Garin mengangkat hubungan spiritual Warok dan Gemblak, sebagai bagian dari tradisi yang telah hidup di negri kita jauh sebelum orang-orang Barat membawa isu LGBT.
Warok dipercaya akan memiliki olah kanuragan yang sempurna jika tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Untuk itu, mereka diijinkan memelihara Gemblak, laki-laki yang tubuhnya lembut seperti perempuan, untuk mencapai kesempurnaan.
Gemblak menjadi genderless, maskulin sekaligus feminim dalam satu tubuh. Uniknya, Garin mengambil simbol Arjuna, bukan Srikandi, sebagai tokoh utama: Juno atau Wahyu Arjuno.
Ide cerita film Kucumbu Tubuh Indahku lahir dari ketertarikan Garin kepada Rianto. Seorang penari terkenal dan koreografer internasional. Rianto saat ini hidup di Jepang dan keliling dunia mengenalkan pada publik tarian Lengger Lanang, sebuah tarian identitas bagi genderless.
Film ini bagai sebuah buku besar dimana di dalamnya Anda akan diajak berdiskusi tentang banyak hal. Mulai dari tradisi, sejarah, trauma, politik, isu LGBT, keluarga hingga cinta. Ini film sepanjang 105 menit yang sarat akan simbol-simbol dan luka.
Satu lagi, saya termasuk beruntung, sebab saat film Kucumbu Tubuh Indahku di putar pertama kali di layar JAFF, Garin memberi kami hadiah istimewa, yaitu menonton secara langsung tarian Lengger Lanang di dalam bioskop.
Salah satu pengalaman paling istimewa selama mengikuti JAFF. Thanks, Garin Nugroho! Â Â