Deok-Goo marah. Dia menganggap kakek tidak sayang padanya. Padahal sebagai cucu tertua, Deok-Goo merasa sudah mengorbankan "masa bermain" dengan menjaga adiknya sepanjang hari saat kakek bekerja di kota.
Kakek merasa kewalahan, merasa Deok-Goo tidak paham bahwa dirinya sudah bekerja keras demi memenuhi keinginan cucunya untuk membeli mainan.
Situasi yang tak saling memahami ini diakhiri dengan pertengkaran di antara mereka.
Hingga suatu hari, kakek divonis kanker paru-paru stadium 4. Usianya tidak lama lagi dan menurut kakek, alih-alih mengobati penyakit yang mahal biayanya. Jika dia mati, setidaknya uang asuransi kematian bisa digunakan untuk menghidupi cucunya.
Pertanyaannya, jika kakek mati, lantas siapa yang akan merawat cucu-cucunya yang masih kecil?
Ada beberapa pilihan: memasukkan cucunya ke dalam panti asuhan, mencarikan orang tua adopsi atau mencari menantu yang telah diusirnya?
megabox plush m
Bagian paling menarik adalah ternyata ibu dari Deok-Goo adalah perempuan Indonesia.
Ibu Deok-Goo digambarkan sebagai perempuan berwajah melayu, berkulit gelap, mata besar dan tidak lancar berbahasa Korea. Hanya bercakap dengan bahasa Inggris. Sedangkan si kakek hanya mampu berbahasa Korea saja.
Sebuah pertengkaran dengan Deok-Goo membuat kakek berkeinginan kuat menemukan menantunya.