Pada level mundial, berdasarkan riset operator telekomunikasi menunjukkan bahwa penggunaan internet selama masa pandemi covid 19 di seluruh dunia mengalami peningkatan. Di Inggris, Vodafone mendeteksi adanya peningkatan trafic data sebesar 30%. Penyedia internet lainnya, TalkTalk menyebut bahwa  peningkatan sebesar 20%.Â
Menyikapi masalah ini, komisaris Uni Eropa, Thierry Breton meminta agar konten dialihkan ke feed definisi standar untuk mencegah jaringan dari kelebihan muatan (techno.okezone.com, 2 April 2020).
Dari dua informasi di atas dapat disimak  dua hal fundamental. Pertama, adanya perbedaan informasi yang diberikan mengenai satu obyek yang sama. Kedua, adanya gejala "obesitas" pada mesin informasi dan teknologi. Dua hal fundamental inilah yang ingin kita gali lebih dalam.
Pengaruh Obesitas Digital Pada Manusia
Tentu saja kegiatan menggali informasi terkini sangatlah bermanfaat. Namun, perlahan kita digiring dalam sebuah fenomena yang kelihatan baru namun sesungguhnya sudah ada sejak lama yaitu kita mengonsumsi terlalu banyak informasi non filtrasi.Â
Kita mencari dengan berselancar di berbagai laman dan baranda media sosial untuk memperoleh data dan informasi, namun terkadang (atau boleh jadi sangat sering) data-data tersebut kurang akurat atau tidak valid.
Sebenarnya, kita tidak sedang mencari informasi melainkan sebaliknya informasilah yang selalu menghampiri kita. Itulah kemudahan sekaligus masalah yang terkandung dalam teknologi digital. Â Â
Sebagaimana terdapat dalam contoh informasi yang disebutkan tadi, akibat keseringan disuguhkan secara instan berbagai informasi berbeda, kita akhirnya menelan tanpa proses penyaringan terhadap kebenaran dan keakuratan informasi yang masuk. Lebih lanjut, kita menjadi kesulitan dalam membuat anlisis terhadap realitas sesungguhnya yang terjadi. Kesulitan filtrasi ini menimbulkan efek lanjut pada kerancuan anlisis.Â
Lebih parah lagi, kita akan terjerumus dalam berbagai "kepentingan" dari informasi yang ditawarkan. Kita kesulitan menemukan kenyataan akibat kerancuan informasi dan proses anlisis yang minim terhadapa berjuta informasi.
Mesin jaringan informasi saja mengalami kesulitan mengatur trafic data, apalagi pada kita pembaca yang sering juga melibatkan intuisi dan perasaan dalam mengonsumsi informasi.
Tak jarang, pada akhirnya saya (dan kita semua) mengonsumsi berita atau informasi yang tidak akurat (hoaks). Bisa saja, satu informasi itu masih bersifat sementara dan momentual. Namun, kita harus akui bahwa kita langusng menjadikannya sebagai informasi final. Inilah salah satu bentuk kerancuan analisis pembaca dunia digital.