Selama menjalani hari-hari PSBB di rumah saja, banyak hal dapat kita lakukan. Berseliweran di berbagai media sosial beragam kiat agar kita lebih berproduktif selama masa masa jaga jarak. Salah satu kiat positif agar menaikan imunitas kita selain berjemur adalah dengan mencari hiburan atau menciptakan suasana yang lebih rileks. Misalnya dengan mendengarkan musik.
Hal ini sudah saya coba dan cukup membawa perubahan positif dalam diri saya. Urat-urat yang kadang terasa tegang atau lelah oleh pekerjaan juga ditambah dengan pikiran bagaimana menghindari diri dari covid 19 akhirnya dapat dilemaskan dengan mendengar musik ditemani secangkir kopi setengah pahit.
Rupanya bukan hanya saya saja yang mencoba menerapkan resep "terhindar dari stress akibat di rumah saja" yang diberikan oleh netizen. Tetangga saya juga menerapkan hal serupa yaitu dengan mendengar musik.
Tapi, sebenarnya ia tidak sedang mendengar musik, namun ia sedang memperdengarkan dentuman musik untuk tidak menyebut bahwa ia sedang memamerkan musiknya kepada tetangga lain.Â
Bagaimana tidak, saban hari ia selalu membuka musiknya keras-keras. Frekuensinya kadang seperti kebutuhan kita akan makanan, tiga kali atau bahkan lebih dalam sehari.
Di sini saya tidak ingin menyudutkannya, tapi saya hanya mau mengatakan bahwa ia sedang mengusir jenuhnya melalui musik mungkin juga sambil melakukan satu dua gerakan senam yang saat ini juga lagi tren disarankan untuk menemani aktivitas di rumah saja. Dengan senam, selain bisa lebih rileks, juga bisa membakar lemak. Ini jos betul karena bermanfaat ganda.
Mari kita kembali ke musik saja. Lagu-lagu yang diperdengarkan sangat beragam genrenya. Mulai dari pop dan jazz, juga ada dangdut dan sebagainya. Tentu saja tidak ketinggalan lagu-lagu bernuansa khas daerah untuk melengkapi rasa pada kopi dan jagung rebusan di dapur.
Karena keseringan mendengar musiknya itu, saya pun akhirnya mengikuti semua lagu yang kerap diputarnya. Kebanyakan yang diputarnya adalah lagu-lagu lawas dari berbagai generasi dan genre. Saya sendiri tidak ingin menyoal tentang selera atau rasa orang lain, apalagi ia tetangga yang agak jauh.Â
Tapi bisa ditebak bahwa ia mungkin saja dari generasi sezaman dengan lagu-lagu pilihannya itu. Atau mungkin saya bisa salah. Ini bukan persoalannya. Saya hanya mau mempertegas bahwa dari lagu-lagu lawas kesukaannya itu, hanya ada satu yang pernah terdengar sekali saja diputar. Lagu yang bergenre dangdut itu judulnya Bang Toyib.
Siapakah Bang Toyib dalam Lagu Ini?
Sekali lagi di sini saya tidak mempersoalkan selera atau rasa musik. Tetapi sebaliknya, ternyata selera atau rasa yang berbeda itu kadang-kadang dapat membantu kita memperoleh inspirasi dan memberi "efek kejut" tertentu pada moment-moment khusus. Setidaknya itulah yang saya alami dengan musik tetangga saya ini.