Mohon tunggu...
Peter Tamira
Peter Tamira Mohon Tunggu... -

I am an ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hai Dokter, Mana Kesetiaanmu Pada Sumpah Doktery Yang Kau Ucapkan?

17 Juni 2014   04:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:26 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial; Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;

Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;

Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya (sumber : id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Dokter_Indonesia )

Nah...itulah sumpah/janji yang harus kita ikrarkan saat dilantik menjadi dokter, dengan harapan kita kelak dapat menjadi dokter yang berhati mulia. Sungguh mulia memang jika kita sebagai dokter bisa menjalankannya....... Saya pribadi memang melihat dokter itu sebagai profesi yang sangat mulia, karena menolong orang sakit, saya dulu menganggap dokter itu sangat pandai karena bisa menyembuhkan semua penyakit. Maka itu akhirnya saya pun menjadi seorang dokter meski ada sedikit paksaan dari orang tua. Setelah lulus dari kuliah kedokteran, saya mulai praktek di klinik-klinik. Sejak tahun 2000 sampai saat ini saya bekerja sebagai fungsional di klinik estetika, saya merasa cocok karena di bidang estetika saya menangani pasien sehat yang datang ingin memperbaiki penampilannya agar lebih menarik dan lebih cantik.

Sebenarnya waktu baru lulus studi profesi, ada yang menawarkan saya untuk bekerja sebagai dokter jaga UGD di Rumah Sakit, tapi saya menolaknya. Mengapa saya tidak mau bekerja sebagai fungsional di Rumah Sakit? Ya karena saya merasa di Rumah Sakit itu banyak sekali intrik-intrik yang saya lihat tidak sesuai dengan hati nurani saya. Misalkan ada satu contoh dari teman sejawat saya yang membuat saya tidak akan bekerja sebagai fungsional di Rumah Sakit, teman sejawat ini bekerja di RS X sebagai dokter jaga UGD. Dia mengeluh kepada saya jika sedang jaga sebagai dokter UGD, pihak manajemen menekan dia bahkan mengharuskan jika ada pasien yang masuk UGD, diusahakan untuk masuk rawat inap agar ada pemasukan untuk rumah sakit, meskipun seharusnya bukan merupakan indikasi untuk masuk rawat inap. Hal ini karena memang rawat inap merupakan lahan pemasukan yang cukup besar bagi Rumah Sakit. Teman sejawat sebagai dokter dan juga sebagai karyawan RS X tersebut memang berada di posisi yang serba salah. Jika tidak mengikuti perintah manajemen, akan mendapat teguran yang cukup keras, tapi jika kita melakukan perintah manajemen, ada perasaan yang sangat mengganggu hati nurani . Ini baru salah satu intrik yang ada di Rumah Sakit, masih banyak lagi yang terjadi di Rumah Sakit, entah itu masalah berebut pasien antara dokter, atau masalah dokter yang berebut kedudukan jabatan di manajemen Rumah Sakit.

Saat ini saya juga sedang menjalani studi S2 di Kajian Administrasi RS, dan saya berharap jika nanti saya menjadi direktur RS saya akan berusaha untuk tidak menyudutkan dokter-dokter seperti kejadian teman sejawat di atas, tapi berusaha merangkul mereka untuk mencari solusi bersama. Setiap manusia itu ada rezeki yang pasti akan diberikan oleh Tuhan, jika kita mengambil yang bukan menjadi rezeki kita, percaya sama saya kalau rezeki itu juga akan cepat hilang. Mengapa tulisan ini saya beri judul "Hai dokter, mana kesetiaanmu pada sumpah dokter yang kau ucapkan?? Karena saya juga melihat ada "beberapa" teman sejawat saya yang sudah tidak lagi menghiraukan akan "sumpah dokter" yang diucapkan pada waktu pelantikan dokter dulu. Sekarang semua dikaitkan dengan bisnis.....ya kalau mau kaya, janganlah menjadi dokter !! Jadilah seorang pedagang.....

Tapi di luar itu masih banyak juga kok dokter yang setia pada "Sumpah Kedokteran". Untungnya masih banyak dokter di Rumah Sakit yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, tidak membedakan pasien kaya atau miskin. Saya sangat kagum saat membaca satu artikel "Dokter Gila Berhati Mulia" di salah satu website, dimana dalam artikel tersebut disebutkan dr. Lie A. Dharmawan, dokter bedah di RS Husada dan pendiri Rumah Sakit Apung dr. Lie Dhramawan, beliau selalu berpegang pada pesan yang disampaikan oleh ibundanya : "Kalau kamu jadi dokter, jangan memeras orang kecil". Beliau adalah salah satu dari sekian banyak dokter yang benar-benar mendedikasikan ilmu kedokterannya untuk membantu masyarakat yang sulit mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak. Dokter Bedah yang dipanggil "Papi" ini menggratiskan pelayanan medis yang ia lakukan di atas RSA dr. Lie Dharmawan, dengan alasan kenangan pahit masa kecilnya di mana beliau kehilangan adiknya karena penyakit diare, karena keluarganya hidup dalam garis kemiskinan. Tapi berkat semangat dan kerja kerasnya dr. Lie berhasil meraih gelar dotker dengan 4 jenis spesialisasi dari Univeritas di Jerman. Beliau tidak lupa akan tanah airnya setelah 18 tahun tinggal di Jerman, kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu yang didapatnya. Saya sangat tersentuh....ternyata masih ada dokter yang berhati mulia. Saya berharap banyak dokter-dokter seperti "Papi" di negara kita Indonesia, sehingga banyak masyarakat kurang mampu yang berada di pesisir pulau Indonesia yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan.

Kemudian, sejak adanya program BPJS pada Januari 2014 yang dikatakan merupakan "hadiah kejutan tahun baru" dari Presiden SBY yang membuat lonjakan jumlah pasien khususnya di Rumah Sakit Pemerintah diharapkan kita sebagai dokter salah satu Sumber Daya Manusia Rumah Sakit harus tetap berpegang pada "sumpah kedokteran". Kita tahu berapa imbalan yang kita terima per pasien, hanya sekitar 6-8 ribu untuk dokter umum dan 2 ribu untuk dokter gigi. Justru dengan kecilnya imbalan yang kita terima, kita dapat menjalankan nilai-nilai mulia kita sebagai dokter, dengan tetap memberikan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik untuk pasien, tidak membedakan status sosial. Berkaitan dengan program BPJS, Rumah Sakit swasta juga diharapkan keikutsertaannya demi kemanusiaan. Sejauh ini baru 900 RS Swasta yang terlibat dalam BPJS dibandingkan dari total RS swasta di Indonesia yang mencapai 4000 Rumah Sakit swasta.

Akhir kata saya ingin mengingatkan lagi "Hai dokter, mana kesetiaanmu pada sumpah dokter yang kau ucapkan?? khususnya dalam mendukung program BPJS, dokter sebagai salah satu SDM Rumah Sakit berpegang teguh, setia menjalankan sumpah/janji yang kita ikrarkan dengan kesungguhan hati. Janganlah kita menjadi manusia yang serakah akan harta dunia, karena harta kita sesungguhnya adalah di surga......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun