Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

World Teacher's Day 2021, Mendukung Guru untuk Memulihkan Wajah Pendidikan Indonesia

5 Oktober 2021   13:04 Diperbarui: 5 Oktober 2021   16:30 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi administrasi guru. Gambar oleh Mariann Szke dari Pixabay 

Sudah satu setengah tahun pandemi mengguncang dunia, begitu pula dengan Tanah Airku Indonesia. Darinya, Wajah pendidikan kita berekspesi menjadi beragam rupa.

Yang kemarin berbahagia, sekarang berubah menjadi resah gara-gara tidak bisa datang ke sekolah. Yang kemarin memiliki optimisme tinggi, sekarang disiksa oleh keadaan seraya menerka-nerka bahwa harapan akan segera punah.

Namun, hari ini, 5 Oktober Tahun 2021 kita sedang berada di momentum yang bagus, yaitu 27 tahun peringatan Hari Guru Sedunia (sejak tahun 1994).

Bersamaan dengan hal tersebut, baik Indonesia maupun segenap negara di seluruh dunia mulai menata diri, memperbaiki hati, serta senantiasa enggan berpatah arang atas kondisi.

Terutama negeri kita Indonesia yang sejauh ini masih terus berupaya seraya mewujudkan kesehatan bagi semua. Bersyukur kita karena kesempatan pembelajaran tatap muka mulai menemukan jalannya.

Walau demikian, kita sama-sama tahu bahwa jalan kehidupan tidak selalu mudah. Ada-ada saja halangan dan hambatan yang datangnya dari segala arah.

Wajah pendidikan Indonesia pula demikian. Dalam momentum Hari Guru Sedunia ini, para pendidik sekaligus pengajar kita mulai memantapkan diri untuk menyukseskan jalannya pendidikan di masa transisi.

World Teacher's Day 2021. Dok. theindependentbd.com
World Teacher's Day 2021. Dok. theindependentbd.com

Para peringatan Hari Guru Sedunia tahun 2021, UNESCO memetik tema "Teachers at the heart of education recovery". Hal ini menegaskan bahwa sekarang dunia menganggap bahwa guru laksana jantung pemulihan pendidikan, terutama di era pandemi.

Karena guru adalah pelaku krusial jalannya pendidikan di dalam negeri, maka kebanyakan para pemangku kebijakan di berbagai dunia menggiatkan vaksinasi. Soalnya kesehatan guru itu sangat penting karena merekalah yang nantinya berhadapan dengan siswa nyaris setiap hari.

Sayangnya, menurut data UNESCO yang tertuang dalam "World Teachers' Day 2021 fact sheet", per September 2021 Indonesia masih menjadi negara dengan persentase terendah di dunia terutama di kancah Asia Tenggara.

Percentage of Teachers Fully Vaciinated by Country, September 2021. Source: Unesco.org
Percentage of Teachers Fully Vaciinated by Country, September 2021. Source: Unesco.org

Bahkan, Bumi Pertiwi tertinggal jauh dari Kamboja yang dengan persentase vaksinasi guru yang sudah menyentuh angka 95%.

Dan yang barangkali membuat masyarakat kita semakin resah, Kemendikbudristek mulai menggiatkan ajakan membuka sekolah dengan tidak lagi bersandar pada persentase vaksinasi guru yang sudah selesai.

Atas kebijakan itu, bisa dikatakan wajar bila kemudian masih ada sebukit ketakutan yang menghantui kita terutama para orang tua pada khususnya.

Tapi ya, mau bagaimana lagi. Seperti apa pun situasi dan kondisinya pendidikan harus terus berjalan. Meski dengan atau tanpa adanya pandemi.

Karena World Teacher's Day adalah peringatan yang mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk lebih menghargai guru, menghormati guru, mensejahterakan guru serta meninggikan profesi guru, maka kita pula bisa menjadikan momentum ini untuk mendukung para guru di Indonesia.

Caranya? Bersandar pada situasi dan kondisi saat ini, kiranya ada 3 hal penting yang perlu dilakukan oleh pemerintah serta kita semua untuk mendukung perjuangan guru dalam memulihkan pendidikan di era pandemi.

Pertama, Dukung Guru untuk Mengembangkan Kompetensi Mengajar, Jangan Pilih Kasih

Dukung guru untuk mengembangkan kompentensinya. Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
Dukung guru untuk mengembangkan kompentensinya. Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Beberapa hari ini rasanya kepala kita cukup pening melihat kisah perekrutan PPPK Guru yang meresahkan.

Bagaimana tidak resah, di berbagai media sosial tergaung fakta bahwa banyak guru honorer yang tidak mencapai nilai ambang batas alias passing grade PPPK. Gara-gara hal tersebut, banyak pihak yang meminta afirmasi terutama demi mengakomodir guru honorer K-II.

Di sisi yang sama, pihak BKN melalui Plt. Bima bakal merencanakan penurunan passing grade sehingga mau tidak mau hasil PPPK Guru ditunda, tepatnya setelah ada revisi KepmenPAN terbit.

Berbarengan dengan keluh kesah passing grade PPPK guru yang dinilai terlampau tinggi, Pengamat Pendidikan Ina Liem menabur opini bahwa standar gurunya harus dinaikkan dulu karena siswa juga dituntut untuk berstandar tinggi.

Syahdan, apakah ada hubungan antara kualitas para guru terutama guru honorer terhadap nilai PPPK Guru yang belum mencapai ambang batas? Sekilas, barangkali akan banyak yang menduga demikian. Apa pun opini yang hadir, ya, sebenarnya sah-sah saja.

Namun, yang rasanya perlu kita tekankan di sini adalah; sudah sejauh mana pemerintah terutama pemangku kebijakan pendidikan mendukung guru dalam mengembangkan kualitas/kompentensi mengajar?

Apakah selama ini tidak terkesan pilih kasih?

Cobalah lihat para peserta guru penggerak, bukankah kebanyakan mereka adalah guru PNS? Cobalah lihat para peserta pelatihan, diklat maupun training guru, bukankah lebih banyak guru PNS daripada guru honorer?

Di sinilah poin mengapa saya katakan ada pilih kasih dan kesenjangan. Lho, bisa saja kan guru honorernya yang tidak mau ikut pelatihan?

Iya, bisa banget, itu gara-gara biaya pelatihan sebelas dua belas dengan nilai gaji mereka. Gaji bulanan tidak sampai Rp500.000, sedangkan biaya seminar maupun workshop kadang lebih dari Rp100.000.

Hatta? Wajar dong guru honorer memilih untuk tidak ikut? Yup. Soalnya saya juga seperti itu pada tahun 2019 lalu. Gaji masih Rp260.000, jadi tidak bisa ikut pelatihan guru berbayar. Padahal penting.

Harapannya, pemerintah juga mendukung guru honorer agar mereka berkembang dari segi kompetensi. Jangan bilang kualitas guru honorer rendah kalau perhatian kepada mereka saja masih setengah hati.

Kedua, Jangan Bebankan Guru dengan Beban Administrasi yang "Melimpah"

Ilustrasi administrasi guru. Gambar oleh Mariann Szke dari Pixabay 
Ilustrasi administrasi guru. Gambar oleh Mariann Szke dari Pixabay 

Lagi-lagi administrasi.

Benar-benar melimpah, kok!

Walaupun saat ini sudah berlaku RPP satu lembar, namun bagi saya perangkat pembelajaran itu cukup tebal dan berbiaya mahal.

Misalnya awal semester pada Januari kemarin. Sebagai guru mapel, saya harus mencetak perangkat pembelajaran untuk 6 tingkatan kelas.

Saya sudah melakukannya dan setiap semester kita harus menghabiskan minimal 3 RIM kertas. Dan sedihnya, catridge printer sering kali "sekarat" setelahnya.

Bila kita hitung dengan rupiah, paling tidak pengeluaran guru untuk administrasi mengajar itu minimal mengeluarkan uang senilai Rp300.000. Bahkan bisa lebih.

Pertanyaannya, apakah guru honorer sanggup mencukupi kelengkapan mengajar yang terkesan "mahal" tersebut? Kalau guru PNS, mungkin mereka bisa saja beli perangkat pembelajaran lalu tinggal terima beres, tapi guru honorer?

Pada akhirnya, lagi-lagi hal ini akan mengarah kepada kualitas guru. Secara mayoritas, guru lagi yang salah, kan? 70-80% kualitas pendidikan bergantung kepada kualitas guru, namun untuk mengajar saja dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ketiga, Beri Guru Motivasi, Jangan Terus-menerus Ditekan

Motivasilah para guru, dan apresiasi kerja keras mereka. Gambar oleh Mariana Anatoneag dari Pixabay
Motivasilah para guru, dan apresiasi kerja keras mereka. Gambar oleh Mariana Anatoneag dari Pixabay

Di era pandemi, guru terus-terusan mendapat tekanan. Mereka dituntut untuk gesit beradaptasi, cepat-cepat menguasai teknologi, buru-buru memahami kurikulum Merdeka Belajar, serta diminta bergegas mewujudkan pembelajaran daring yang efektif dan menyenangkan.

Padahal? Situasi di lapangan tidaklah semudah bicaranya para pejabat pendidikan. Sesekali guru merasa lelah terutama dengan kebijakan yang terus berubah-ubah. Dulu kurikulum yang berubah, sedangkan sekarang sistem pembelajarannya yang dibikin repot.

Menyambut momentum Hari Guru Sedunia tahun 2021 ini, sudah semestinya semua pihak mendukung guru seraya memotivasi mereka agar senantiasa semangat mengajar dan belajar.

Guru yang belum sarjana, dibujuk oleh kepala sekolah agar mau meneruskan pendidikan. Guru yang presensinya sering absen, disemangati. Begitu pula dengan guru yang jarang mengikuti pelatihan. Jangan ditekan, tapi dibujuk.

Sejatinya banyak cara untuk membahagiakan guru. Kita bisa memberi mereka hadiah, memberikan mereka apresiasi atas sebuah karya dan kedisiplinan, serta minimal banggakanlah mereka atas semangat yang ditularkannya saat mengajar.

Sadarilah bahwa guru itu adalah pahlawan pendidikan yang rela mengabdi entah itu di kota maupun di pelosok desa. Di mana pun lokasinya, mengajar itu tidak pernah mudah.

Tambah lagi saat menurut data statistik pendidikan tahun 2020 kemarin, jumlah guru layak mengajar (D4/S1) khusus jenjang SMA berkurang persentasenya dari yang sebelumnya 93.84% (TP 2018/2019) menjadi 89.93% (TP 2019/2020).

Apa artinya semua itu? Ternyata guru-guru di Indonesia tidak sedikit yang usianya mulai mendekati senja serta mulai banyak yang pensiun. Bayangkan betapa resah dan galaunya hati mereka jika terus-menerus ditekan dengan kualitas pendidikan di tengah kesenjangan pada masa pandemi.

Alhasil, jangan semata-mata menuntut kualitas kalau untuk membahagikan guru saja engkau belum bisa.

Salam.

Happy World Teacher's Day 2021!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun