Semakin ke sini eksistensi Pembelajaran Tatap Muka di masa pandemi terus menabung masalah dan pro-kontra. Padahal kita semua menyadari bahwa pendidikan adalah investasi masa depan bagi anak-anak, tapi entah mengapa kisahnya jadi seruwet ini.
Semalam, bahkan aku sempat membaca berita tentang PTM yang cukup mencengangkan. Judulnya: "Sekolah di Medan Tertangkap Basah Gelar Belajar Tatap Muka, Murid Tak Pakai Seragam untuk Kelabui Petugas."
Detailnya, sebagaimana yang dilansir dari Kompas, Kota Medan masih menerapkan kebijakan PPKM level 4 sehingga seluruh sekolah tidak diizinkan menggelar pembelajaran tatap muka.
Walau demikian, menurutku judul pemberitaan tersebut terkesan agak lebay karena akan berdampak buruk bagi masyarakat.
Bukan apa-apa. Selama ini menurutku sekolah adalah salah satu tempat yang tidak ditakuti oleh siswa setelah rumah ibadah. Jadi, lambat laun pro-kontra PTM bakal menghadirkan kecemasan bahkan membuat orang-orang jadi bingung.
Sedihnya lagi, di sisi yang bersebrangan baru-baru ini sempat viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menantang Mas Nadiem Makarim.
Pak pejabat itu mungkin sudah kesal karena kebijakan daerahnya bertentangan dengan apa yang dikehendaki Kemendikburistek.
Dalam raker bersama Komisi X DPR RI (23/8/2021) Mas Nadiem sempat menuangkan data terkait sejumlah pemerintah daerah yang masih melarang PTM, termasuklah Lampung.
Padahal, bersandar dari kebijakan terbaru, Kemendikbudristek mendorong sekolah yang berada di wilayah PPKM level 1-3 agar segera melakukan Pembelajaran Tatap Muka terbatas.
"Pembelajaran tatap muka terbatas harus segera dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya learning loss, namun tentu harus memperhatikan kondisi lingkungan sesuai instruksi dari Presiden", demikian disampaikan Direktur Sekolah Dasar (SD) Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih, di Jakarta, Kamis (26/8/2021) sebagaimana yang dikutip dari laman Kemdikbud