Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita menyiapkan aset sejak hari ini? Setahun yang lalu, almarhum Kakekku sempat membagi-bagikan aset kepada anak-anaknya berupa tanah. Dan sebulan yang lalu sahabatku bercerita bahwa Neneknya baru saja bagi-bagi emas sebagai warisan.
O ya, satu lagi. Ada pula temanku yang baru saja mendapatkan aset turunan dari orang tua berupa toko pupuk dan gudang sayur.
Dari kisah-kisah tersebut, aku menyadari betapa pentingnya aset terutama untuk masa depan kita. Mungkin bagi orang tua kehadirannya belum begitu terasa, tapi ketika kelak diwariskan kepada anak-anak? Lain lagi ceritanya.
Sabar, Syukur, dan Hidup Sederhana adalah Kunci
Pada dasarnya, tidak ada manusia yang dilahirkan ke bumi ini dalam status "miskin". Tiap-tiap yang bernyawa sudah diberi "kecukupan" oleh Allah. Minimal, setiap makhluk bisa menghidupi dirinya sendiri.
Sedangkan kemiskinan biasanya datang karena sikap diri yang selalu merasa kurang. Iya. Begitulah sifat manusia. Tiada pernah merasa puas.
Walau demikian, kemiskinan juga merupakan bagian dari ujian. Barangkali kata "kekurangan" lebih tepat untuk mewakilinya, ya.
Untuk menghadapi ujian tersebut, rasanya kita perlu memegang teguh 3 kunci yaitu sabar, syukur, dan hidup sederhana.
Terhadap suatu ujian, bukan keluhan yang semestinya kita hadirkan melaikan sikap sabar. Sadar atau tidak, perilaku sabar sangat penting terutama agar kita bisa tetap berpikir waras.
Syahdan, terhadap apa-apa yang kita punyai hendaklah selalu disyukuri. Dengan bersyukur nikmat akan terus ditambahkan oleh Sang Penyedia Rezeki.
Tanpa adanya syukur, terkadang kita malah lebih peduli dengan apa-apa yang tidak kita punyai. Inilah yang selanjutnya menumbuhkan rasa kemiskinan dalam diri yang juga diiringi dengan ketidakpuasan terhadap apa yang didapat.
Dan terakhir, selalu penting bagi kita untuk berusaha hidup sederhana. Bukan apa-apa. Seringkali sikap gengsi memaksa seseorang untuk hidup berdasarkan kemampuan orang lain, bukan kemampuan sendiri. Pada ujungnya nanti ya susah sendiri