Tentu saja, kan? Walaupun hadis tersebut adalah doa dari Rasulullah SAW, memangnya siapa yang mau hidup miskin?
Sedihnya, beberapa orang kadang "menyerang" postinganku perihal mengamalkan hadis tersebut. Padahal, yang dimaksud miskin dalam hadis adalah rendah hati dan senantiasa khusyuk.
Dengan demikian, secara tidak langsung kita juga diajak untuk kaya, kan? Saat diri kaya, kita bisa menyenangkan keluarga, menyekolahkan anak, membayar zakat, hingga berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.
Maka dari itulah, hidup miskin sebaiknya jangan lama-lama karena pihak yang akan menderita adalah keluarga.
Persiapkan Aset Sejak Dimulai dari "Hari Ini"
Semua butuh persiapan, termasuk untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Selama ini mungkin beberapa orang menganggap bahwa orang kaya itu adalah mereka yang memiliki banyak uang.
Salah! Itu sungguh pemahaman yang keliru. Sejatinya orang kaya adalah mereka yang punya banyak aset.
Dengan memiliki aset, seseorang sudah punya uang. Tapi sebaliknya, orang yang punya uang belum tentu punya aset.
Yang sedihnya lagi adalah, sebanyak apa pun uang nilainya akan terus tergerus seiring dengan berlalunya tahun.
Dulu pada tahun 2000-an ongkos naik ojek dengan jarak 7 KM cuma Rp1.500 saja. Tapi sekarang? Muridku yang bersekolah dengan jarak 300 meter harus membayar Rp2.000 jika mau berangkat sekolah naik ojek. Hiks
Sedangkan aset, semakin bertambah tahun nilainya akan semakin bertambah. Emas contohnya. Sebagai produk safe haven, nilainya semakin berharga jikalau semakin lama disimpan. Begitu pula dengan tanah. Betapa mahalnya harga tanah hari ini.