Bagaimana, cukup mudah, kan membuatnya?
Barangkali beberapa orang menganggap bahwa menulis pantun itu sulit karena kita harus mampu menyusun sampiran dan isi yang tidak berkaitan. Lebih dari itu, harus diikat dengan sajak a-b-a-b pula.
Tapi tenang, salah salah satu cara termudah dalam menulis pantun ialah kita tentukan terlebih dahulu tema/topik sekaligus isinya.
Mari simak sebait pantun pendidikan berikut:
Siapa itu gadis yang berbaju biru
Cantik sekali dipandang mata
Siapa itu yang ingin jadi guru
Bersiaplah bantu anak menggapai cita
Tolong jangan fokus kepada si gadis yang berbaju biru, ya. Eh. Agar bisa membuat beberapa bait pantun dalam waktu singkat, kita bisa memulai dari isi alias pesan yang ingin disampaikan. Syahdan, baru kita tulis lagi sampiran dengan memerhatikan ikatan sajak.
Manfaat Menulis Pantun
Sebagai salah satu karya sastra lama rasa Melayu, menulis pantun menghadirkan banyak manfaat.
Bagiku selaku seorang guru, menulis pantun sangat bermanfaat untuk menambah wawasan terkait kosakata, sinonim, antonim, serta berbagai kata-kata berbahasa Indonesia yang selama ini jarang didengar oleh telinga.
Lebih dari itu, karena di sebalik pantun tertuang nilai-nilai moral, maka bersama pantun kita bisa menyampaikan pesan-pesan kehidupan baik dengan cara sindiran, jenaka, atau pun pesan langsung yang penuh makna.
O ya, Hadi Susanto dalam tulisannya juga menerangkan bahwa pantun melatih seseorang untuk berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Pada dasarnya, di awal-awal menulis pantun kita biasanya bingung dan berpikir cukup lama. Hal tersebut memang memerlukan latihan dan pengulangan karena semakin cepat kita berpantun, semakin cepat pula kecepatan berpikir kita dalam memilih dan merangkai kata.
Nah, sampai di sini bagaimana? Apakah para Kompasianer mulai berniat meramaikan Kompasiana dengan pantun-pantun penyemangat?