Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengajarlah dengan Bahagia, Walau seperti Apapun Keadaannya

20 Agustus 2021   18:07 Diperbarui: 21 Agustus 2021   04:25 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarlah dengan bahagia. Foto: Freepik.com

Kemarin saat menjelajah situs berita, aku menemukan kisah yang cukup lucu. Seorang Kepala SMP Negeri di Rangkasbitung mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak dikenal oleh siswa. Bahkan, salah seorang siswa malah bertanya, "Bapak Siapa?"

Hehehe. Fenomena pembelajaran daring memang terkadang cukup unik, ya. Memasuki dua tahun kegiatan belajar dari rumah, rasanya adalah suatu kewajaran jikalau ada siswa yang tidak mengetahui guru maupun kepala sekolah saat bertemu secara tatap muka.

Walaupun siswa bisa mengamati dan mengenali wajah para guru melalui video conference maupun grup media perpesanan, bukan berarti mereka bisa langsung "ngeh" dan bisa menebak bahwa "ini loh guru A, guru B, dan guru C".

Bahkan, dalam pembelajaran tatap muka saja masih sering terjadi kasus serupa. Siswa bisa dengan mudah melupakan nama seorang guru, terutama jika guru tadi kurang berkesan bagi mereka.

Sebaliknya? Guru yang berkesan malah akan selalu dikenang sepanjang masa. Termasuklah para guru yang senantiasa mengajar dengan bahagia.

Para pengajar sekaligus pendidik barangkali sama-sama menyadari bahwa pembelajaran yang bahagia itu tidak selalu berlangsung setiap saat.

Adakalanya seorang guru sedang mood-mood-an masuk ke kelas A gara-gara ada siswa Z yang terlalu semangat, tetapi ada pula momen di mana seorang guru merasa bahwa mengajar pada saat "itu" sungguh sangat bahagia.

Kapan masa "itu" terjadi? Ya. Bisa saja ketika siswa di kelas virtual hadir lengkap dan tepat waktu, ketika semua siswa mengumpulkan tugas tepat waktu, ketika gaji guru baru saja cair, atau pada saat si guru sedang ulang tahun lalu diberikan kado dari para siswanya. Ehm.

Hanya saja, masa-masa tersebut tidak berlangsung setiap waktu, kan?

Segenap Hal yang Membuat Proses Pembelajaran Jadi Kurang Bahagia di Masa Pandemi

Ilustrasi dari headtopic.com
Ilustrasi dari headtopic.com

Kita sama-sama menyadari bahwa sebuah sistem akan berjalan sesuai rencana jikalau masing-masing komponen utamanya terpenuhi. Tidak jauh berbeda, kegiatan mengajar pula demikian.

Semenjak pandemi menyerang Bumi Nusantara, rasa-rasanya mulai banyak bermunculan masalah yang menghambat sistem pembelajaran, baik itu belajar daring dari rumah maupun belajar luring.

Sebut saja seperti permasalahan sinyal internet, ketidaktersediaan gadget dan kuota, tugas daring yang menumpuk, hingga kurangnya pendampingan dan bimbingan dari orang tua selama belajar di rumah.

Tidak hanya daring, selama PJJ sistem luring juga menemui tantangannya mulai dari jumlah buku ajar siswa yang tidak cukup, minimnya panduan belajar luring, susahnya menjalin komunikasi, hingga kurangnya waktu mengajar.

Cobalah kita bayangkan bagaimana caranya guru mengajar membaca kepada para siswa kelas 1 SD secara daring maupun luring, padahal di buku ajar tematik materinya banyak soal cerita.

Sulit, kan?

Alhasil, tidak hanya siswa yang bosan melainkan guru pun ikut tertekan. Jika sama-sama bosan dan tertekan, akan masih susah bagi kita untuk mengharapkan kegiatan belajar yang bahagia. Saat ini, pandemi corona benar-benar menjadi ujian berat bagi dunia pendidikan.

Mengajarlah dengan Bahagia, Walau Seperti Apa pun Keadaannya

Bahagia. Gambar oleh Magic Creative dari Pixabay 
Bahagia. Gambar oleh Magic Creative dari Pixabay 

Mengapa seorang guru harus mengajar dengan bahagia? Ehm, barangkali tidak selalu menjadi keharusan, sih. Tapi begini; Misalnya ada guru O mengajar sembari menebar omelan selama 15 menit, sedangkan guru Z mengajar dengan asyik juga dalam waktu 15 menit.

Dari kedua situasi tersebut, kira-kira bagaimana kelanjutan kisahnya? Aku tebak, guru O akan kelelahan dan bisa jadi berefek pada kurang maksimalnya si guru ketika mengajar di kelas lain pada jam berikutnya.

Sedangkan guru Z?

Kalau sudah asyik biasanya tak ingat waktu. Lima belas menit akan dengan entengnya berlalu secepat kedipan mata. Lebih jauh, guru Z masih memiliki tabungan tenaga sehingga dirinya bisa mengajar dengan prima di kelas lain.

Salah satu dasar dari persepi tersebut adalah ungkapan dari psikolog Michele Barton selaku direktur kesehatan klinis di Psychology Life Well yang menerangkan bahwa akan ada belasan hal-hal aneh yang bakal terjadi ketika seseorang sedang marah dan mengomel.

Di antaranya, seseorang malah tidak jujur dengan dirinya sendiri, berubah menjadi orang yang berbeda, pencernaan melambat, tekanan darah meningkat, hingga jatuh sakit.

Jika kita sandarkan ke dalam dunia pembelajaran, secara otomatis mengajar sembari marah-marah dan mengomel di kelas itu bakal membuat seorang guru cepat merasa lelah.

Ujung-ujungnya, efektivitas pembelajaran semakin berkurang. Padahal, jelas-jelas di masa pandemi mewujudkan kegiatan belajar efektif sangat sulit. Tapi, tidak untuk pembelajaran yang menyenangkan.

Maka dari itulah, kita bisa menempuh jalan menuju efektivitas melalui kegiatan mengajar dengan bahagia.

Tapi, kan, pada setiap harinya guru pasti punya masalah? Bahkan siswa juga punya masalah.

Ketika guru sedang enerjik mengajar saja masih ada siswa yang setengah hati memperhatikan, apalagi jika gurunya enggan bahagia!

Sejatinya, saat guru mengajar dengan bahagia, belum tentu semua siswa bisa ikut-ikutan bahagia. Walau begitu, guru perlu menyadari bahwa ada salah satu aspek "Bahagia Itu Mencerdaskan" yang sangat penting yaitu "Fokus pada Kebahagiaan Anak".

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana bisa guru fokus pada kebahagiaan siswa ketika dirinya sendiri saja tidak merasa bahagia ketika mengajar?

Pada akhirnya, mengajar dengan bahagia itu sangat penting walau seperti apa pun keadaannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun