Sontak saja, pada episode 2 Re-Main, Minato telah mencapai derajat kekesalan tertinggi hingga akhirnya ia mengungkapkan rasa sakit itu kepada semua orang yang terlalu berharap kepadanya.
Minato berkisah bahwa ia tidak ingin mengemban harapan banyak orang, apa lagi dengan seentengnya menyebut dirinya sebagai seorang jenius yang bisa mengantarkan polo air SMA ke turnamen nasional.
"Aku bukan orang yang jenius. Mungkin aku yang dulu begitu. Tapi, setelah kecelakaan fisikku tak sebaik dulu. Bahkan aku lupa apa itu polo air. Harapan kalian kepadaku sungguh menyakitkanku. Jadi, jangan berharap apa-apa padaku."
Sekilas, ungkapan tersebut adalah keinginan kuat Minato untuk memerdekakan diri dari ekspektasi orang lain. Tapi, adakah konsekuensinya? Sudah pasti mereka yang berharap terlalu tinggi akan meninggalkan Minato serta urung gabung dengan klub polo air.
Ya, begitulah. Terkadang orang lain hanya bisa berharap tanpa mau peduli dengan perasaan orang yang dititipkan harapan.
Ketika kisahnya sudah seperti itu, hanya ada 2 hal yang akan terjadi. Pertama, diri akan kesakitan karena mengemban ekspektasi. Kedua, orang lain akan kecewa gara-gara harapan tiada kunjung jadi kenyataan.
Bagaimana Cara Minato Kiyomizu Memerdekakan Diri dari Ekspektasi Orang Lain?
Rasanya kita sama-sama menyadari bahwasannya harapan itu muncul sebagai buah dari kepercayaan orang lain. Secara tidak langsung, mereka menginginkan agar harapan tersebut menjadi kebaikan di hari esok.
Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Harapan bisa saja menjadi beban yang menjajah diri. Akan selalu hadir berjibun tantangan tak terduga sehingga kita membutuhkan usaha lebih untuk menggapai sebuah ekspektasi. Ya, walaupun ekspektasi itu datang dari diri sendiri.
Belajar dari kisah Minato Kiyomizu, ada 3 hal yang bisa ditempuh untuk memerdekakan diri dari ekspektasi orang lain.
Pertama, jangan memilih untuk kalah tanpa melakukan apa-apa. Hidup adalah perjuangan dan perjuangan itu akan terus berlangsung selagi kita masih hidup. Alhasil, kita kita hanya berdiam diri seraya berharap akan berhasil, sama saja itu kedustaan karena kita sedang berhenti berjuang.
Kedua, kerja keras dan tekad. Dulu, sebelum mengalami kecelakaan Minato adalah seorang pemain polo air yang jenius. Tapi, setelah ditilik lagi, ternyata bukan kejeniusan yang menjadikan Minato pemain bintang pada zamannya melainkan karena kerja keras.