Aku dapat jatah mengajar total 12 jam/minggu. Perhitungan honornya yaitu 12 jam x Rp 20.000 sehingga didapatlah gaji Rp 240.000. Dikalikan 3 bulan= Rp 720.000.
Jika kuhitung-hitung, jarak sekolah dengan tempatku mengajar ialah 10 KM, berarti gaji tersebut hanya cukup untuk beli BBM dan beberapa mangkuk bakso. Alhamdulillah, sungguh tak mengapa. Yang paling penting, aku sudah bisa dapat pekerjaan yang sesuai dengan ijazahku.
Berlanjut ke semester dua, aku mulai ditawari beberapa pekerjaan tambahan di SMP. Bahkan tidak tanggung-tanggung, wakil kurikulum langsung mencantumkan namaku sebagai staf perpustakaan, pengurus masjid, pembina pramuka, dan pelatih di dua eskul keagamaan.
Ya sudah, karena beberapa tugas rangkap baru yang dibebankan merupakan keahlianku, aku pun tak menolak. Hahaha. Hingga akhirnya, gajiku naik dari yang sebelumnya Rp 240.000/bulan, di semester kedua menjadi Rp 900.000/bulan.
Berlanjut ke semester tiga alias tahun kedua aku mengajar sebagai guru honorer. Alhamdulillah gajiku bertambah Rp 300.000 karena pihak sekolah juga mencantumkan namaku di SK GTT (Guru Tidak Tetap) dan PTT (Pegawai Tidak Tetap).
Dengan demikian, gajiku sebagai guru honorer pun naik menjadi Rp 1,2 juta/bulan. Bersyukur sekali rasanya aku karena gaji awal dulu cuma Rp 240.000 saja. Aku pun mulai bisa mengumpulkan tabungan, memberi jajan adik, serta melanjutkan kuliah ke jenjang magister.
O ya, berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa pelajaran berharga yang kudapatkan terutama dalam hal rangkap tugas.
Memang benar bahwa secara matematis bertambahnya tugas seirama dengan bertambahnya gaji, tapi di sisi yang sama hal tersebut bisa menjadi malapetaka.
Kok bisa? Karena bertambah tugas, bertambah pula amanah dan beban yang harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.Â
Di kala menjadi guru honorer, aku pernah mendapat pesan berharga dari seorang guru senior. Beliau berkata begini, "Jangan baper kalo dah jadi orang lapangan, Zy."
Terang saja, pada waktu itu aku sering dipercaya sebagai penanggung jawab berbagai kegiatan penting di sekolah. Padahal masih guru honorer, dan belum lama mengajar pula. Alhasil, tak jarang ada pandangan miring yang beraroma keirian.
Tapi, ya, mengapa kita harus fokus dengan hal-hal seperti itu, kan? Yang penting, di mana pun kita kerja, persembahkanlah yang terbaik. Ada gaji ada kinerja, tetapi hidup ini tidak semata-mata tentang uang, karena amanah dan tanggung jawab adalah yang paling utama.