Meski demikian, ada sedikit hal yang menjadi poin kegelisahanku dan rekan-rekan guru. Kami merasa begini; Mas Nadiem maupun Kemendikbudristek lebih fokus terhadap pembelajaran daring berikut dengan layanan digital yang mendukungnya.
Ada banyak lho terobosan yang sudah digarap oleh Kemendikbud. Sebut saja seperti pembaruan fitur di portal Rumah Belajar, Laman online Guru Berbagi, hingga akun pembelajaran multiguna situs belajar.id.
Sadarkah kita, kesemua yang dihadirkan oleh Mas Menteri dan Kemendikbudristek itu adalah untuk mendukung pembelajaran daring yang menggunakan sinyal internet, kan?
Sejauh itu, belum terdengar inisiatif lain dari Mas Nadiem untuk menyukseskan pembelajaran luring kecuali "proyek" bagi-bagi laptop. Rencananya bagus, tapi kan tidak bisa cepat!
Lebih jauh lagi, pelatihan atau training tentang metode pembelajaran luring yang efektif dan menyenangkan pun belum ada kutemui. Padahal internet di rumahku lancar, kan?
Alhasil, sebagai penutup dari tulisan ini, aku berharap agar pemerintah melalui Mas Nadiem dan jajaran Kemendikbudristek lebih care dengan eksistensi pembelajaran luring. Soalnya terkadang para guru bingung tentang apa metode mengajar lain yang cocok untuk pembelajaran luring.
Bisa dibayangkan, bukan? Semisal sekolah mau buka kelas, maksimalnya cuma beberapa jam.
Bahkan, surat edaran dari Dikbud setempat malah menegaskan bahwa pembelajaran luring dilaksanakan dengan cara siswa (atau wali murid) datang ke sekolah hanya untuk mengambil atau mengumpulkan tugas. Kalau begitu, tidak ketemu suasana belajarnya.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H