Bahkan aku agak sedih sekaligus terharu gara-gara siswa di sana menyebut media conference room ini dengan julukan layar tancap. Hemm. Aku terharu karena layar tancap adalah istilah yang kita kenal sejak tahun 20-an tahun lalu. Pernah kutulis di artikel:
Menurutku, inisiasi kepala sekolah kami dalam menghadirkan LCD Proyektor sebagai salah satu media pembelajaran sangat efektif dan berguna.
Bukankah seorang bos di sekolah adalah untuk menghadirkan suasana belajar-mengajar yang lebih efektif, nyaman, aman, kreatif dan menyenangkan?
Salah satu usaha yang bisa ditempuh kepala sekolah adalah melayani para guru agar mampu lebih luwes, lebih kreatif, dan lebih merdeka dalam mencerdaskan siswa di sekolah.
Lebih dari itu, hal lain yang menjadi alasan mengapa aku menyebut kepala sekolah kami sebagai bos jempolan ialah kesabaran dan kerendahan hati dalam mengajarkan sesuatu yang belum kami ketahui.
Di luar sana, jarang kutemukan kepala sekolah seperti ini. Contoh sederhana; penulisan gelar S.Pd. yang benar itu menggunakan titik setelah huruf "d" dan penulisan NIP yang benar ialah dengan tanpa titik.
Selama ini mungkin banyak dari kita yang kurang peduli terhadap hal spesifik semacam itu, kan? Yang penting ada tanda tangan, ada nomor surat, lalu ada stempel resmi. Selesai.
Tapi, bos kami ternyata tidak. Tanpa perlu menyalahkan, beliau langsung menerangkan tata cara penulisan gelar dan NIP yang benar itu seperti "ini". Bagi orang lain mungkin sepele, tapi bagiku hal semacam itu sangat penting.
Dulu, ketika menjadi ketua di sebuah organisasi kampus, aku menyadari betul bahwa seorang pemimpin itu tidak harus bisa semua, tapi minimal tahu/mengerti akan banyak hal. Hal itu penting untuk menjawab berbagai keresahan tim di dalam sebuah sistem.
Tidak jauh berbeda, kepala sekolah juga demikian.
Kehadiran seorang pemimpin di sekolah bukan agar diikuti maupun dipatuhi seutuhnya oleh para guru dan karyawan. Seperti kata Ralph Nader, fungsi kepemimpinan adalah menghasilkan lebih banyak pemimpin, bukan lebih banyak pengikut.
Salam.