Di awal-awal penyampaian tema, saya lihat muka mereka agak riang. Namun, setelah saya tegaskan bahwa nantinya bakal ada perang pantun, anak-anak calon pemimpin masa depan ini semakin tertantang untuk meracik pantun.
Alhasil, saya temuilah pantun-pantun keren seperti ini:
Jalan-jalan ke pasar beli abu
Pulang dari pasar ucapkan alhamdulillah
Lebaran mohon maaflah kepada Ibu
Juga mohon maaf kepada Ayah
Ada burung nuri ada burung belibis
Kedua burung itu sedang lelah
Lebaran belum selesai THR sudah habis
Tapi untung kita sudah mulai sekolah
Lebaran kemarin pakai kemeja
Lebaran besok malah dikejar-kejar
Di rumah jangan makan kue lebaran saja
Sesekali bukalah buku dan belajar
.....dan masih ada puluhan pantun lainnya.
3. Meminta Siswa untuk Bercerita Tentang Kegiatan Mereka di Bulan Syawal
Saya sudah bercerita. Daripada memberikan PR, maka mendingan saya meminta siswa untuk bercerita. Mengapa? Karena cerita anak SD itu lucu-lucu. Nah, yang lebih lucu adalah, mereka berani menulis jujur di buku tulis, namun malu-malu untuk bercerita di depan kelas.
Meski begitu, ujung-ujungnya Saya minta juga mereka untuk bercerita. Hahaha
Agar cerita siswa menjadi berkesan dan berbobot, maka di akhir cerita saya sering menghadirkan pertanyaan sederhana namun kritis kepada siswa.
Semisal;
- Mengapa kok kita setiap kali lebaran selalu meminta maaf kepada kedua orang tua terlebih dahulu?
- Mengapa kok kita selalu diajak orang tua untuk bersilaturahmi ke rumah Nenek?
- Mengapa kok ayah dan ibu sering menyuruh kalian pergi bertamu ke rumah tetangga sebelah untuk meminta maaf?
...dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Atas berbagai pertanyaan tersebut, sesekali ketegangan di kelas tercipta. Bahkan, ada pula siswa yang adu mulut hanya gegara membahas ke mana sebaiknya silaturahmi yang lebih utama.