Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Seorang Pemuda yang Menangisi Hujannya Sendiri

26 Mei 2021   23:07 Diperbarui: 26 Mei 2021   23:07 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia terdampar di sebuah gurun yang berambigu rasa. Di sekelilingnya hanya ada air mata. Di atas kepalanya ada gerombolan awan sendu. Sedangkan hujan sudah siap bergelabah atas dukanya.

Seorang pemuda yang menangisi hujannya sendiri. Begitu penampakan juang dalam berhelai-helai sepinya. Dia bercandala atas harsa. Dia bergumam demi membenci hujan.

Entah mengapa rindu itu seperti kapal tua yang karam. Di atas kapal ada dirinya yang terombang-ambing memegang harap. Berteriak menyanyikan elegi. Lagi-lagi menangis di tengah serayu.

Begitulah.

Ketika pecahan awan berubah menjadi rintik pilu yang menghujam, ketika itu pula dia menangisi hujannya sendiri.

Basahlah sepenggal wajahnya. Bercucurlah sejumput mahligai rindu. Sedangkan dia bergopoh-gopoh merapah menuju nirwana dengan setengah genggam tangan.

Berat rasanya. Lebih mudah bagi diri andai dia menangisi hujannya sendiri. Dia bisa melepas khayal, lalu mengeringkan kebasahan dengan berjemur di langit harsa.

Bukankah setelah hujan akan datang terang?

----

*Pernah tayang di blog pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun