Beda kepala, beda pula cara diri dalam menjemput rezeki. Ada yang rela bekerja shift pagi-siang-sore-malam demi sesuap nasi, ada yang sudah menyapu jalanan sesaat setelah Subuh, ada yang keluar rumah demi menjajakan barang dagangan sejak jam 3 dini hari, dan lain sebagainya.
Keren!
Kita patut ucapkan keren karena di sebalik perjuangan para penjemput rezeki ada impian yang begitu didamba. Sebut saja seperti kebahagiaan anak dalam menempuh pendidikan, cita-cita beli rumah dan kendaraan, hingga ikhtiar untuk segera menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
O ya, jangan lupakan satu impian lagi. Ikhtiar untuk menikah!
Meski begitu, tanpa kita sadari terkadang rezeki bakal datang sendiri walau tidak dijemput. Sebagaimana yang sering disampaikan oleh alim ulama, bahwa seseorang belum akan meninggal selama rezekinya belum tercukupi.
Semalam, setelah pulang dari Bengkulu, aku sempat mampir ke rumah makan padang di Kepahiang. Ketika aku singgah dan mau pesan nasi padang, ternyata pemilik warung sedang tidur siang. Sampai 3 kali kupanggil, eh, dianya enggak bangun-bangun.
Ya sudah, karena lapar, maka aku ambil sendiri nasi dan lauk.
Uniknya, bersamaan dengan hal tersebut, mulai berdatanganlah beberapa orang supir truk dan mobil sayur yang juga ingin makan.
Aku katakan kepada mereka, pemilik warung makan sedang tidur siang. Mereka coba bangunkan:
Uni.....
Uni.....
Eh, tetap saja si Uni belum juga bangun.
Alhasil, kukatakan saja kepada para supir untuk mengambil makanan sendiri sembari menunggu penjaga warung nasi padang bangkit dari mimpi indah di tidur siangnya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, si Uni pun bangun, dan dirinya agak kaget karena rumah makan yang tadinya kosong, sekarang jadi ramai oleh pelanggan.
Rezeki di waktu itu datang dengan tiada disangka. Padahal si Uni sedang tidur, kan?
Sebenarnya bisa saja aku dan para supir pergi mencari rumah makan lain. Tapi, karena sudah menjadi bagian dari rezeki si Uni, biarpun dia tertidur dan belum melayani pelanggan, rezeki itu datang sendiri kepadanya.
Di luar sana, mungkin banyak kasus serupa walaupun tidak sama persis. Terkadang, si penerima rezeki bisa kaget bin terharu karena dirinya dihampiri nikmat yang tiada disangka-sangka.
Terhadap peristiwa semacam itu, beberapa orang berkisah bahwa fenomena rezeki yang datang tanpa dijemput adalah semacam "nasib baik" atau "mujur". Tidak seutuhnya salah, sih. Tapi, begitulah cara Allah mencukupkan rezeki para hamba-Nya.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).QS Hud ayat6
Rezeki tidak bakal tertukar. Kejadian yang tak disangka-sangka terkait dengan kedatangan rezeki adalah salah satu bukti bahwa Allah pasti mencukupi kebutuhan hamba-Nya.
Tapi, rezeki di sini bukan sekadar uang, ya. Rasanya terlampau sempit sekujur pikir jika menyandarkan rezeki hanya kepada uang dan segenap nominalnya.
Semua yang Allah titipkan kepada kita lalu hadir di depan mata adalah rezeki. Bahkan, masalah adalah rezeki. Ya, rezeki menuju takwa yang dihadirkan dalam bentuk ujian. Sama. Amanah pula demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H