Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Mendingan Mengganti Puasa Wajib (Ramadan) atau Lanjut Puasa Syawal? Begini Panduannya

14 Mei 2021   16:48 Diperbarui: 15 Mei 2021   14:56 5683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjaran bagi orang yang melaksanakan Puasa Syawal. Diolah dari Canva

Tak disangka, Ramadan telah berlalu dan bulan Syawal telah tiba. Walaupun masih dalam suasana pandemi covid-19, agaknya semangat juang beribadah umat Islam tetap membuncah nan membahana.

Lalu, bagaimana dengan keberadaan kue lebaran di rumah. Masih ada? Rasanya kalau masih ada hawa-hawa hari raya, kue lebaran masihlah tersedia. Tambah lagi dengan adanya pembatasan silaturahmi, mungkin alunan irama sedih hati sanak dan kerabat di tanah rantau masih terdengar.

Meski demikian, tak mengapalah. Mendahulukan keselamatan diri merupakan prioritas utama untuk tetap sehat. Dan terpenting, saat ini kita masih diberikan kesempatan untuk beribadah. Bulan Syawal, loh!

Ya, meskipun bulan mulia bernama Ramadan sudah berlalu, kita masih punya bulan mulia lain yang bernama Syawal. Kenapa kok mulia, apa karena bulan Syawal adalah musim kawin? Ya, selain disunnahkan menikah di bulan Syawal, kita juga sangat dianjurkan untuk berpuasa.

Tepatnya puasa 6 hari di bulan Syawal. Lah, padahal kita kan sudah puasa full 30 hari di bulan Ramadan, kok perlu tambah lagi? bagus, loh. Coba simak hadis berikut ini:

Hadis tentang anjuran puasa syawal. Diolah dari Canva
Hadis tentang anjuran puasa syawal. Diolah dari Canva

Keren, kan? Puasa selama 6 hari di bulan Syawal seiras dengan puasa sempurna selama satu tahun. Tambah lagi dengan kebaikan-kebaikan lain yang mengitarinya. Kapan lagi kita bisa memaksimalkan bulan yang penuh nikmat ini. Eh, tunggu. Ada dalil berikutnya, loh:

Ganjaran bagi orang yang melaksanakan Puasa Syawal. Diolah dari Canva
Ganjaran bagi orang yang melaksanakan Puasa Syawal. Diolah dari Canva

Sejatinya, kebaikan yang diikuti oleh kebaikan lainnya menunjukkan bahwa telah ada perubahan pada diri seorang hamba. Misalnya setelah puasa Ramadan selama 30 hari, apa perubahan/kebaikan yang didapat. Bukan sekadar sehat, kan?

Tentu saja, mungkin di bulan Ramadan kita sering bangun malam untuk Tahajud, sering salat Rawatib, sering baca Qur'an, serta dengan ceramah di waktu-waktu lapang. Lalu, bagaimana dengan hari ini?

Kalau kita kembali malas dalam beribadah, artinya kebaikan yang kita lakukan di bulan Ramadan kurang berefek, kan? Bisa jadi demikian. Rugi kiranya jika kita tak memaksimalkan kesempatan yang baik ini.

Sekarang sudah tanggal 4 Syawal, barangkali sudah banyak teman-teman yang start duluan untuk berpuasa Syawal. Apakah saya ketinggalan?

Ohh, tak masalah. 6 hari puasa Syawal bisa ditempuh dengan cara berurutan atau pun tidak berurutan. Jumhur ulama tak mempermasalahkannya. Yang jadi masalah adalah, kapan kita akan memulainya? Atau, malah belum tahu niat dan bagaimana caranya?

Tata Cara Puasa Syawal

Tidak jauh berbeda dengan puasa Ramadan serta puasa Sunnah lainnya, puasa Syawal juga dimulai dengan niat. Ya, segala sesuatu tergantung pada niatnya.

Mau dilafazkan, silakan. Mau niat dalam hati, juga silakan. Bedanya, kalau puasa Syawal niatnya boleh dilakukan setelah fajar. Lafaz niatnya:

"Nawaitu hauma ghodin 'an sittatin min syawwalin sunnatan lillahi taala."

"Aku berniat puasa enam hari Syawal sunnah karena Allah Taala."

O ya, jangan lupa untuk mengawali niat dengan bismillah.

Seperti yang sudah disampaikan di atas, untuk memulai puasa Syawal bisa kapan saja dan tidak mesti harus berurutan harinya. Hanya saja, diutamakan untuk dimulai di awal waktu bulan Syawal sebagai perwujudan dari semangat beribadah.

Terang saja, yang namanya kebaikan tidak perlu kita tunda-tunda, kan? Tambah lagi saat ini suasananya masih dalam serangan pandemi, agaknya umat muslim tidak terlalu sibuk keluar jajan sana dan jajan sini.

Puasa Syawal ini sebenarnya malah mengasyikkan bagi mereka yang sudah berkeluarga. Ya, bisa sahur bareng, buka puasa bareng, serta saling mengingatkan untuk senantiasa menambah ibadah. Tapi, bagi yang masih sendiri dan ngekost, sama saja sih. Segala ibadah pasti menyenangkan.

Mendingan Mengganti Puasa Wajib, atau Langsung Puasa Syawal?

Nah, sekarang ada segenap problema yang biasanya dihadapi oleh kaum perempuan. Mereka kadang bingung karena tidak sedikit dari para perempuan yang bolong-bolong puasanya. Sebagaimana kita ketahui datangnya masa haid bin menstruasi menyebabkan perempuan harus mengganti puasa wajibnya.

Dilansir dari Very Well Health, lama menstruasi normal terjadi antara 3-7 hari. Di sisi yang sama, siklus menstruasi normal rata-rata terjadi setiap 21-35 hari. Dengan demikian, ada juga sebagian perempuan yang full puasa Ramadannya. Beruntunglah perempuan tersebut.

Hanya saja, bukan berarti perempuan yang puasanya tidak penuh di bulan Ramadan menjadi sial. Terang saja, Allah selalu memberikan kemudahan dalam beribadah. Sesuai dengan tuntunan QS Al-Baqarah ayat 184, setiap puasa Ramadan yang bolong wajib untuk diganti.

Dalil Mengganti Puasa Ramadan, QS Al-Baqarah: 184. Diolah dari Canva
Dalil Mengganti Puasa Ramadan, QS Al-Baqarah: 184. Diolah dari Canva

Selama para perempuan masih sehat, masih bugar, dan masih muda, sangat baik untuk mereka segera menggantinya juga dengan puasa. Kapan puasa ganti (Qadha') itu dimulai? Lebih cepat lebih baik. Perempuan bisa memulainya di bulan Syawal.

Nah, sama halnya dengan laki-laki, kaum perempuan tentunya juga ingin mendapatkan kebaikan dan pahala dari puasa Syawal.

Tapi, jika kita sandingkan mana yang lebih utama antara puasa Syawal dengan puasa ganti, maka diutamakan bagi perempuan untuk mengganti puasa Ramadannya terlebih dahulu. Mengapa? Absolutely right! karena yang wajib lebih tinggi kadarnya dibandingkan yang Sunnah.

Hal tersebut didasarkan oleh salah satu Fatwa Imam Ibnu Utsaimin tentang wanita yang memiliki utang puasa ramadhan, sementara dia ingin puasa Syawal.

Diolah dari Canva.
Diolah dari Canva.

Tapi, para perempuan tak perlu khawatir dan cemas dengan fatwa di atas. Menurut Ustadz Adi Hidayat, ketika seseorang berpindah ke amalan yang lebih tinggi, maka amalan rendah akan ikut pahalanya.

Misalnya ada seorang perempuan yang membayar utang puasa di bulan Syawal. Karena utang puasa lebih tinggi amalannya alias wajib, maka insya Allah dengan niat tulusnya, kebaikan yang ada pada bulan Syawal akan mengalir kepadanya.

Memang, di sisi lain ada pula ulama yang menyebutkan bahwa seorang perempuan boleh untuk puasa Syawal meskipun ia belum bayar utang puasa wajib. Keringanan ini didasarkan oleh hadis Aisyah yang pernah mengganti puasa di bulan Sya'ban.

Hanya saja, satu hal yang perlu diingat dan juga disampaikan oleh UAH, belum tentu kita punya kesempatan umur untuk mengganti puasa wajib di hari esok.

Bayangkan jika esok kita meninggal dan belum bayar utang puasa. Mau mengganti pakai apa? Maka dari itu, mendahulukan sesuatu yang wajib lebih diutamakan. Wallahua'lam bissawab.

Salam.
Ditulis Oleh Ozy V. Alandika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun