Tak disangka, Ramadan telah berlalu dan bulan Syawal telah tiba. Walaupun masih dalam suasana pandemi covid-19, agaknya semangat juang beribadah umat Islam tetap membuncah nan membahana.
Lalu, bagaimana dengan keberadaan kue lebaran di rumah. Masih ada? Rasanya kalau masih ada hawa-hawa hari raya, kue lebaran masihlah tersedia. Tambah lagi dengan adanya pembatasan silaturahmi, mungkin alunan irama sedih hati sanak dan kerabat di tanah rantau masih terdengar.
Meski demikian, tak mengapalah. Mendahulukan keselamatan diri merupakan prioritas utama untuk tetap sehat. Dan terpenting, saat ini kita masih diberikan kesempatan untuk beribadah. Bulan Syawal, loh!
Ya, meskipun bulan mulia bernama Ramadan sudah berlalu, kita masih punya bulan mulia lain yang bernama Syawal. Kenapa kok mulia, apa karena bulan Syawal adalah musim kawin? Ya, selain disunnahkan menikah di bulan Syawal, kita juga sangat dianjurkan untuk berpuasa.
Tepatnya puasa 6 hari di bulan Syawal. Lah, padahal kita kan sudah puasa full 30 hari di bulan Ramadan, kok perlu tambah lagi? bagus, loh. Coba simak hadis berikut ini:
Keren, kan? Puasa selama 6 hari di bulan Syawal seiras dengan puasa sempurna selama satu tahun. Tambah lagi dengan kebaikan-kebaikan lain yang mengitarinya. Kapan lagi kita bisa memaksimalkan bulan yang penuh nikmat ini. Eh, tunggu. Ada dalil berikutnya, loh:
Sejatinya, kebaikan yang diikuti oleh kebaikan lainnya menunjukkan bahwa telah ada perubahan pada diri seorang hamba. Misalnya setelah puasa Ramadan selama 30 hari, apa perubahan/kebaikan yang didapat. Bukan sekadar sehat, kan?
Tentu saja, mungkin di bulan Ramadan kita sering bangun malam untuk Tahajud, sering salat Rawatib, sering baca Qur'an, serta dengan ceramah di waktu-waktu lapang. Lalu, bagaimana dengan hari ini?