Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaafkan Diri Sendiri, Orang Lain, dan Orang yang Malas Membayar Utang

13 Mei 2021   23:07 Diperbarui: 13 Mei 2021   23:17 3637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maafkan, ya. Diolah dari Canva

Si peminjam uang bukan lagi malas, melainkan enggan untuk mengembalikan. Terang saja, ketika ditagih pada tanggal perjanjian pembayaran, jawabannya adalah besok.

Ditagih besok, jawabannya lusa, sedangkan ditagih hari Sabtu dan Minggu, jawabannya bank sedang tutup. Buya Yahya mengatakan, orang yang seperti itu ibarat "pergi tanpa bawa sandal".

Hemm. Bahkan ada perilaku peminjang uang yang lebih parah. Di-chat baik-baik via WA, pesan enggak kunjung bercentang biru. Di-japri via messenger, eh, malah diblokir. Bahkan, ada yang sampai mati pun enggan peduli dengan utangnya.

Memangnya ada yang "separah" itu lalai dengan utang? Ada. Seseorang pernah datang kepadaku untuk mengungkap kekesalan sekaligus hukum bagi seseorang yang enggan bayar utang hingga meninggal.

"Sudah ditagih?" Kutanya demikian. "Sudah, pun demikian kepada ahli musibah," begitu jawabnya.

Dia mengaku sangat sulit memaafkan, bukan gegara jumlah utang yang cukup besar melainkan karena susahnya membasuh keringat demi mengumpulkan uang tersebut sebelum kemudian dipinjamkan.

Pertanyaannya, bagaimana bila esok hari kejadian yang sama bakal menimpa diriku dan dirimu? Akankah kita rela memaafkan orang yang malas membayar utang?

Jawabannya pasti iya, tambah lagi ketika kita belum mengalami peristiwa tersebut. Beda kisahnya jika kita sedang atau pernah meminjamkan uang syahdan uang itu tak kembali.

Hukumnya bayar utang itu adalah wajib, bukan? Bahkan pahala orang yang mati syahid pun terhalang gegara utang sebagaimana hadis Nabi:

Amalan Mati Syahid pun tersanggah oleh utang. Dok. Diolah dari Canva
Amalan Mati Syahid pun tersanggah oleh utang. Dok. Diolah dari Canva

Sampai di sini, semakin teranglah fenomena bahwa memaafkan orang yang enggan bayar utang itu lebih berat daripada memaafkan kesalahan orang lain. Tidak banyak orang yang bisa mengikhlaskan utang, apa lagi ketika si peminjam selalu marah-marah ketika ditagih. Hemm.

Tetapi, rasanya kurang etis bila kita menempatkan pihak peminjam tanpa sedikit melirik sang pemberi utang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun