"Terkadang tidak perlu menunggu hingga 3 hari untuk memaafkan orang lain meski kesalahannya senantiasa menggores hati hingga bernanah. Tapi, beda kisahnya dengan memaafkan diri sendiri. Bahkan waktu 3 tahun pun belum cukup untuk mengusir sikap mengutuk diri agar segera berlabuh."
Memaafkan Diri Sendiri vs Memaafkan Orang Lain
Begitulah. Memaafkan orang lain membuat hati kita lapang. Bahkan, dalam QS Ali Imran: 134 di atas, perbuatan memaafkan orang lain diawali dengan kalimat Alladziina yunfiquuna yang berarti orang-orang bertakwa.
Diterangkan oleh Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin, sejatinya tiap insan punya hak untuk memaafkan atau tidak. Namun, mereka yang melepaskan alias merelakan hak tersebut bakal diganjar takwa oleh Allah.
Dengan demikian, bertulus hati memaafkan orang lain adalah salah satu jalan guna merengkuh surga.
Dan terkhusus pada momentum idulfitri 1442 H, derajat kelapangan hati makin meningkat karena kegiatan memaafkan tidak lagi terbatas dengan keluarga dan kerabat, melainkan juga tetangga hingga orang tak dikenal yang kebetulan berpapasan di masjid, pusara, atau di jalan.
Lebih dari itu, kita yang sudah dewasa dan purna ini pula tak tanggung-tanggung dalam membekali anak-anak untuk meninggikan perilaku maaf. Ya, tidak sedikit modal THR yang dikeluarkan dengan tanpa modus agar anak terbiasa meminta maaf sejak kecil.
Pertanyaannya, mengapa anak kecil diajari untuk meminta maaf terlebih dahulu? Bukannya mereka pula perlu diajar untuk senantiasa memaafkan?
Jawabannya tidak lain ialah karena begitulah adab kepada orang yang lebih tua.
Namun, sayangnya jawaban tersebut terdengar klise karena pada dasarnya setiap insan pasti punya salah. Tidak hanya yang muda, yang tua pula demikian. Dan, bukankah makin tua seseorang maka kesempatannya untuk berbuat kesalahan lebih besar nan banyak?
Nah! Sejatinya meminta maaf tidaklah bersandar kepada tua maupun mudanya umur.
Memaafkan orang lain itu mulia, dan meminta maaf kepada orang lain juga mulia plus mendapat bonus pahala. Soalnya, tidaklah mudah untuk membuang gengsi syahdan melantunkan maaf terlebih dahulu. Ehem.
Tapi, sebelum kita lebih banyak berkisah tentang maaf-maafan dengan orang lain, apakah kita sudah ikhlas nan tulus memaafkan diri sendiri?