"..... Minimal pada abad 8, bangsa ini telah mengenal komposisi, aransemen, progresi, dan segenap aspek musikal yang cukup modern. Jika bangsa Eropa menyatakan kemajuan peradaban melalui sistem orkestra pada musik ansambel pada abad ke-14, maka bisa jadi bangsa kita sudah mendahului mereka 700 tahun sebelumnya..!!!" Trie 'iie Utami
Ketika diri ini mulai berpikir tentang Borobudur, maka muncullah segenap gagas pikir bahwa Candi Borobudur merupakan warisan budaya nasional yang mendunia.
Di dalamnya tersaji kerangka kondisi kehidupan yang mengandung nilai-nilai luhur, budaya, spiritual, juga pengetahuan.
Alhasil, tidak tersanggahkan bila pesona kuil Buddha yang melambangkan alam semesta ini selalu menarik perhatian dunia.
Ya, meskipun di sisi yang sama kita juga tak memungkiri sejarah bahwa candi Borobudur sempat "ditelantarkan".
Sedikit melirik masa lalu, kisah "penelantaran" candi dimulai ketika Raja Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur sebagai imbas dari serangkaian letusan gunung berapi, tepatnya pada periode tahun 928-1006.
Namun, berawal dari inisiasi Cornelius pada tahun 1814, akhirnya eksistensi Borobudur kembali mengudara.
Ketika mengadakan penelitian, Cornelius melihat segenap batu berukir, arca-arca lepas, hingga banyak batu candi yang masih tersusun rapi di sebalik pohon-pohon rimbun. Syahdan, dilakukanlah pembersihan besar-besaran dengan melibatkan ratusan tenaga kerja.
Pada kelanjutannya, batu-batu relief maupun gapura lepas kemudian dipasang kembali. Begitu pula dengan segenap saluran air (jaladwara), berbagai sisi yang runtuh kemudian disusun agar kembali utuh.
Melompat menuju era kekinian, atas kontribusi 3 pilar pengembang (masyarakat, pemerintah, dan industri), candi Borobudur pun menjelma menjadi objek pariwisata yang menjadi daya tarik seluruh dunia.
Hanya saja, sebagaimana objek wisata, kehadiran para wisatawan lebih mengarah pada kegiatan foto-foto di area sekitar candi.
Meskipun banyak pihak mengaku tertarik dengan eksistensi candi dari sisi historis, nilai budaya, dan arsitektur ~ seperti Ganjar Pranowo yang sempat diundang ke Hiroshima dan Istanbul sebagai pembicara Borobudur ~ ada kesan bahwa ketertarikan tersebut lebih banyak dari luar.
Padahal, mega monumen ini telah menjadi sumber perpustakaan terbesar berupa "taman baca" yang mengandung nilai-nilai dari seluruh aspek kehidupan. Tidak hanya dari sisi historis, tapi juga nilai budaya. Tidak hanya dari sisi warisan, melainkan juga sisi seni.
Alhasil, sangat disayangkan bila kemudian candi Borobudur sebagai Wonderful Indonesia malah menjadi objek wisata yang hanya sekadar tempat foto-foto, terutama bagi para pengunjung dari negeri sendiri.
Namun, baru-baru ini hadir segenap gebrakan yang bertajuk "Sound of Borobudur" yang mengajak generasi bangsa untuk menyelam lebih dalam tentang kebesaran peradaban masa lampau, dengan menggunakan budaya dan ilmu pengetahuan.
Rasanya terdengar biasa saja, tuh? Eits, jangan salah. Sound of Borobudur bukanlah gerakan yang mengajak kita untuk lebih serius belajar IPS, Geografi, Arkeologi, maupun Antropologi, melainkan pedekate lebih akrab dengan Borobudur yang diinterpretasikan melalui seni.
Ya, Sound of Borobudur hadir berdasarkan hipotesis bahwa sesungguhnya Borobudur itu merupakan pusat musik dunia. Pada candi Borobudur tergambar ratusan alat musik yang tidak hanya ada di Jawa Tengah, melainkan juga Kalimantan, Thailand, hingga India.
Sound Of Borobudur, Membunyikan Kembali Catatan Peradaban Melalui Seni Musik
Apa alasan kuat yang mendasari gagasan bahwa Borobudur Pusat Musik Dunia bisa secara terang dibunyikan?
Bersandar pada temuan dan kajian ilmiah, ada 226 relief alat musik terukir di Borobudur. Relief tersebut terpahat pada 40 panel serta menampilkan lebih dari 40 jenis instrument alat musik.
Artinya, sejak 13 abad lalu situs budaya yang merupakan Wonderful Indonesia ini sudah menjadi salah satu pusat budaya dunia terutama dari segi musik.
Bisa kita lirik situs lain sebagai pembanding, dan ternyata tidak ada situs di era yang sama yang mampu menampakkan relief alat musik yang lebih banyak daripada yang ada di Borobudur.
Munculnya Sound Of Borobudur Movement berangkat dari paduan para seniman dengan semangat yang saja, dan dengan upaya lebih, bisa saja warisan pengetahuan yang tersimpan di Borobudur bisa ditafsirkan kembali.
Hadirnya kegiatan Sound of Borobudur Orkestra adalah salah satu wujud nyata bahwa Indonesia telah mencapai peradaban luhur.
Sebagaimana catatan yang ditulis oleh Trie 'iie Utami selaku penggagas, penciptaan ansambel musik yang lengkap dengan memakai 4 kelompok sumber bunyi meliputi Membranophone, Cordophone, Ideophone dan Aerophone merupakan bukti kebanggaan atas wilayah seni.
Dengan demikian, sudah sepatutnya kita selaku bangsa yang besar untuk lebih intim dalam menggali kekayaan budaya, musik, hingga nilai-nilai luhur yang sudah sejak lama tertuang dalam catatan peradaban.
Sejatinya, semakin kita menyelami kekayaan negeri sendiri, di saat itu kita bakal kaget seraya takjub. Tidak percaya?
Di negara Thailand ada yang namanya tarian arkeologi yang bernama Rabam Sivichai. Ada yang spesial dari tari ini, yaitu koreografi dan kostum tarinya didasarkan pada gambar yang diukir sebagai relief di stupa besar Borobudur.
Tidak cukup sampai di sana, melodi musiknya pula diubah dan didesain khusus dengan gaya Jawa.
Bukankah ini keren? Borobudur walau hanya kita "diamkan" saja sudah bisa merambat sendiri hingga ke luar negeri. Apalagi kalau kita seriusi, kan?
Maka dari itulah, Sound of Borobudur sejatinya tidak sekadar bunyi, replika, serta bermain alat musik. Bunyi yang tertuang dan diemban membawa segudang nilai-nilai luhur yang mencakup berbagai aspek kehidupan.
Sudah sejak lama kita tahu bahwa Borobudur sebagai Wonderful Indonesia tertuang dalam catatan peradaban dunia. Sekarang saatnya catatan tersebut kita telaah kembali agar ilmunya tidak usang, kemudian kita bunyikan agar kecintaan terhadap negeri semakin menjulang.
Salam.
Taman baca:
- SOUND of BOROBUDUR, Gerak Musik dan Gerak Bangsa"Revitalisasi : Rekonstruksi -- Reinterpretasi -- Reaktualisasi"
- Menjejak Perjalanan dan Pemikiran Sound of Borobudur
- Pesona Candi Borobudur sebagai Wisata Budaya di Jawa Tengah
- Tarian Rabam Sivichai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H