Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Maaf, Dik! Abang Belum Bisa Mengunjungi Kalian pada Lebaran Tahun Ini

9 Mei 2021   23:07 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:04 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diriku bersama para adik sepupu saat di tanah rantau. Dok. Ozy V. Alandika

"Empat tahun sudah berlalu semenjak hari itu, dan sekarang lagi-lagi aku belum bisa mengunjungi kalian."

Waktu itu, aku masih ingat betul dengan keseruan kita. Abang belum lama memijakkan kaki di tanah rantau, namun kesepian yang biasanya hadir akibat tantangan sosialisasi di tempat baru mampu terusir lebih cepat.

Padahal Abang sejatinya pendiam lho, serius!

Lihat saja beberapa hari sejak kedatangan Abang di sana. Abang lebih banyak diam, lebih banyak mendengarkan, namun lidah ini terpontang-panting untuk memulai pembicaraan baru.

Walau begitu, Abang tidak perlu topik dan tema yang berat untuk bercengkramah dengan kalian, wahai adik-adik sepupuku.

Hadirnya kalian mampu menepis segunung rasa bosan atas masa tungguku. Ya, bagaimana tidak bosan, menunggu di tanah rantau tanpa ada pekerjaan hingga tiga bulan membuatku ambyar, pikiran buyar, bahkan tubuh ini jadi menggelenyar.

Waktu itu, kita banyak bercerita.

Di tengah panasnya udara kota industri, Abang tetap merasa hangat karena mampu melempar banyak canda. Rasanya tiada lirik pandang yang lebih indah selain senyum-senyum riang para pemilik wajah ketulusan yang belum berdosa.

Abang menyadari, senyum itu benar-benar tulus dan tidak sedikit pun tercampur dengan prasangka. Dan di sisi yang sama, Abang pula menyadari bahwa sejatinya diri ini lebih cocok dengan lingkungan yang ramai dengan anak-anak.

Tapi...

Ternyata Abang sengaja meninggalkan keramaian syahdan mencoba lebih akrab dengan mesin, pulp, dan paper yang ada di pabrik.

Wahai Adik, ternyata kisah di sana benar-benar berbeda dengan kita. Seketika memasuki ruangan pabrik, segenap cerita yang hadir di telinga Abang hanyalah tentang uang, jabatan, lembur, naik pangkat, hingga masa depan.

Ya, bukannya Abang tidak peduli dengan masa depan, namun cerita tersebut bagi Abang terlalu serius. Wajar saja bila kemudian Abang mudah jenuh dan bosan.

Tapi...

Abang tidak menjadikan kalian sebagai pelarian lho. Tidak, dan sekali lagi Abang katakan tidak!

Kisah kita jelas-jelas lebih seru walaupun hanya sekadar main petak umpet di komplek, main gambaran, main kelereng, hingga main karet.

O ya, ada satu lagi. Jangan lupa bahwa kita sering main kejar-kejaran di lapangan belakang musala. Rasanya, hampir setiap kali pulang sore kita bermain di sana.

Sungguh seru, karena Abang merasa bahwa setumpuk jenuh dan lelah bakal terserak dengan sendirinya lalu tenggelam bersama kebahagiaan di sebalik canda.

Benar, Dik.

Kisah itu sudah lama, dan sekarang Abang juga sudah jauh. Benar pula, Dik. Di sini Abang sudah cukup bahagia karena sudah berteduh di bawah dunia anak-anak. Mereka juga lucu, mereka juga gembira, mereka juga bersemangat. Sama seperti kalian.

Namun, sebagaimana matahari yang mengundang kelam lalu esok terbit lagi, kisah kita bakal tetap bersinar. Abang sejatinya sudah punya rencana untuk kembali mengunjungi kalian.

Ya, setidaknya Abang ingin melihat kembali jejak-jejak penat dan jenuh yang dulunya Abang alami. Setelahnya? Abang bakal menunggu kalian pulang sekolah di teras rumah.

Tenang, Dik!

Kali ini Abang bakal belikan kalian coklat dan kacang-kacangan. Tapi nanti, ya. Lebaran kali ini masih terlalu mendung untuk Abang terangi. Wabah jahat bernama pandemi masih terus menggerogoti negeri seraya memangkas kebahagiaan kita untuk kembali bersama.

Ya sudah, Dik. Tiadalah mengapa. Abang tetap bahagia walaupun kita jauh.


Duhai Adik, lihatnya embun pagi pada bunga-bunga yang ada di samping rumah kalian. Ia menawarkan kesejukan sebelum cahaya sebagaimana kisah kita.

Sejenak, bunga-bunga tadi akan bermekaran seraya menebarkan senyum manis kepada daun di bawahnya yang mulai menua.

Jadi, sebelum daun tadi bertambah rimpuh, Abang selalu perlu untuk mengingat kalian sebelum cahaya tiba. Kapan itu? Tepatnya di sepertiga malam kita.

Surat untuk Adik Sepupu. Dok. Ozy V. Alandika
Surat untuk Adik Sepupu. Dok. Ozy V. Alandika

Dalam jauhnya jarak ini, kita masih begitu dekat, Dik. Jadi, seraya saling mendekatkan, Abang titip doa di sepertiga malam kalian, ya. Doa terbaik untuk kesuksesan kalian, doa terbaik untuk masa depan Abang, serta doa terbaik untuk pertemuan kita di hari esok yang cerah.

Salam Cinta.
Abang Ozy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun