Salah satu teori hebat yang diusung oleh David McCleland dkk adalah teori motivasi "Tiga Kebutuhan", dan, implementasi teori ini sejatinya bisa semakin dimaksimalkan dengan kehadiran geng sekolah yang "lurus".
Berkisah tentang geng sekolah, rasanya nyaris semua dari kita pernah memiliki, bergabung, serta sama-sama mengurusinya.Â
Jangankan tentang orang-orang dengan pribadi ekstrovert, pribadi introvert juga mau ikut bergabung dengan sebuah kelompok sekolah jikalau dia merasa butuh.
Motivasi ekstrinsik biasanya menjadi landasan yang cukup besar sebagai faktor pemicunya. Dan, kalau didalami lebih jauh, sejatinya pemahaman tentang motivasi ini akan semakin mendalam bila disadari bahwa tiap-tiap orang punya tiga jenis kebutuhan ala McCleland.
Apa saja kebutuhan motivasi yang dimaksud?
Pertama, Need for Achievement (nAch)
Motivasi berprestasi atau yang lebih akrab dikenal dengan rumus nAch adalah penegas bahwa sejatinya tiap-tiap orang ingin berhasil di dalam hidupnya. Anak sekolah pula demikian, terlebih lagi anak SD.
Bisa kita lihat secara seksama bahwa anak-anak SD begitu ingin selalu mendapat umpan balik dari setiap usaha yang dilakukannya.
Sebagai contoh, rata-rata siswa/i yang imut-imut ini selalu ingin diponten tugas maupun catatannya. Mengapa demikian?Â
Mengacu kepada nAch, hal tersebut merupakan pemicu semangat sekaligus jalan peningkat prestasi menurut pandangan mereka.
Alhasil, semakin besar Need for Achievement, semakin besar pula target prestasi yang ingin mereka capai. Jikalau kita sandingkan dengan KKM, maka semaksimal mungkin orang yang memiliki nAch tinggi bakal mendongkrak prestasi jauh di atas standar.
Syahdan, apa hubungannya dengan geng sekolah?
Memang benar bahwa sejatinya motivasi berprestasi terkadang datang dari sisi intrinsik. Tapi, bukankah itu hanya berasal dari orang-orang yang sungguh-sungguh punya niat dan mengerti terhadap niat tersebut?
Nah, anak sekolahan jarang yang begitu. Kebanyakan motivasi anak sekolah datang dari faktor eksternal, termasuklah gegara pengaruh kelompoknya ketika di sekolah. Berawal dari satu ide, satu-kesatuan gagasan dan hobi, bahkan satu RT, akhirnya terbentuklah geng di sekolah.
Jika geng tersebut berjalan pada "arah" yang benar, bukan mustahil keikutsertaannya bakal menaikan motivasi berprestasi masing-masing siswa.
Kedua, Need for Power (nPo)
O ya, kadangkala atau bahkan seringkali, seseorang ingin dianggap bahwa ia diakui statusnya, didengar argumennya, serta mau mengontrol dan memengaruhi orang lain. Hal tersebut sejatinya adalah kelumrahan karena nPo termasuk kebutuhan masing-masing diri.
Jikalau kita melihat sejenak serial Doraemon dan Nobita, dalam serial tersebut ada sosok Giant yang nyaris selalu berusaha untuk mengontrol orang lain seraya ingin dianggap bahwa dirinya sedang diakui.
Begitu pula dengan perilaku motivasi yang tertuang dalam anime Kimetsu no Yaiba the Movie: Mugen Train. Di sana ada sosok Inosuke Hoshibira yang ingin selalu dianggap bos seraya meminta agar kekuatannya diakui.
Di dunia nyata, hal ini juga terjadi dalam sebuah geng alias kelompok sekolah.
Meski awalnya geng terbentuk gegara ada kesamaan visi, misi, hobi, berada dalam satu kelas, satu jurusan, hingga berdekatan tempat tinggal, pada kelanjutannya akan ada salah satu atau salah dua sosok yang memiliki nilai nPo tinggi alias ingin selalu diakui.
Alhasil, begini. Ketika ada seseorang dengan nilai nPo tinggi kemudian bergabung dengan kelompok/geng sekolah di "jalan yang benar", maka pengakuan yang ingin ia dapatkan bakal mampu meningkatkan kemampuan dirinya baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan.
Dengan demikian, keikutsertaan dalam geng di sekolah secara tidak langsung telah mengimplementasikan teori McCleland dari aspek Need for Power.
Ketiga, Need for Affiliation (nAff)
Entah itu di dunia teori maupun praktik, kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan nyata dari tiap-tiap manusia. Tak peduli masih anak-anak maupun remaja, hingga dewasa maupun purna masing-masing darinya butuh terjun pada situasi yang bersahabat dalam berinteraksi.
O ya, nAff pula berlaku pada geng sekolah, walaupun geng tersebut dibentuk dan ditempuh bukan untuk kegiatan yang bermaslahat.
Sebagai contoh, terbentuknya geng sekolah "pasukan tukang bolos" adalah perwujudan dari nAff lho. Tapi, dari sisi negatif. Hehehe
Hal tersebut terjadi gegara setiap siswa pasti tidak ingin dihadiri resiko tinggi serta hal yang penuh dengan ketidakpastian. Misalnya, bolos sendirian. Bukanlah lebih minim resiko jika bolosnya bareng-bareng? Eh.
Di luar dari hal negatif, kebutuhan afiliasi seorang pelajar nyata adanya karena mereka ingin memiliki kelompok, ingin melakukan apa yang anggota kelompok lakukan, ingin menikmati serunya kerja sama, juga ingin terjun dalam serunya dunia persaingan.
Jika diarahkan dengan benar, bukan tidak mungkin hadirnya sebuah kelompok mampu menerbitkan masing-masing individu yang berprestasi.
Hal tersebut bisa diwujudkan jikalau implementasi teori David McCleland dengan tiga kebutuhannya mampu berjalan pada arah yang benar.
Maka dari itulah, sesekali perlu hadir seorang guru di sekolah untuk mengarahkan visi-misi geng sekolah. Dari yang awalnya terbentuk karena kegabutan, ingin saling curhat-curhatan, keesokan harinya bisa berubah menjadi geng yang penuh dengan hasil karya.
Sesekali pula perlu hadir orangtua dari rumah sebagai pihak yang juga mengarahkan visi siswa dari sudut pandang anak.
Bahwa, apakah prestasi anak bisa meningkat ketika bergabung dengan sebuah geng, apakah ada nilai maslahat yang didapat, serta apakah kegiatan berafiliasi tersebut bermanfaat bagi perkembangan diri semuanya bisa sedari awal diarahkan.
Dengan demikian, hadirnya geng di sekolah bisa memaksimalkan implementasi teori David McCleland sekaligus memaksimalkan potensi diri masing-masing individu untuk menjemput masa depan yang lebih cerah.
Salam.
Taman baca: Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H