Maka darinya, setelah bersedekah, akan sangat bijak bila kita tetap berusaha untuk mempercepat proses pengabulan impian. Caranya? Tidak lain ialah dengan menabung secara rutin.
Menabung itu sedikit demi sedikit jadi bukit. Sedangkan kalau sedekah itu; sedikit demi sedikit jadi banyak tapi jangan diungkit. Harap dibedakan, ya.
Nah, sekarang, pertanyaannya adalah: Masih sempatkah kita menabung saat bulan Ramadan? Masih sempatkah kita menyisihkan cuan ketika hadirnya es ketan durian begitu menggoda tiap sore?
Sejujurnya, tidak akan ada kata sempat kalau tidak kita yang menyempatkan. Demi menjaga stabilitas isi dompet, kita tetap perlu menabung, meski sedang di bulan puasa sekali pun.
Menabung untuk impian jangka pendek bisa kita perjuangkan dengan menyisihkan uang, sedangkan menabung untuk impian jangka panjang sebaiknya kita emaskan uang. Ya, tidak perlu segan untuk berinvestasi logam mulia.
Sebagaimana perjuangan para kakek dan nenek kita dulu, emas merupakan produk investasi yang sangat efektif dan kebal terhadap inflasi. Contoh sederhananya adalah: para orangtua seumuran nenekku dulu banyak yang lebih memilih untuk meminjami emas daripada uang.
Alasannya, nilai emas akan bertambah jika kita uangkan emas itu pada beberapa tahun kemudian. Sedangkan nilai uang malah berkurang. Dan ternyata! Orang-orang yang belum kenal sama Dek Google sudah lebih dulu melek emas daripada sebagian kita. Hahaha
Secara lebih detail, Rulli Kusnandar dalam buku Berkebun Emas menerangkan bahwa statistik berabad-abad menunjukkan adanya korelasi nyata antara harga emas dan harga komoditas manusia. Maka dari itulah si kuning logam mulia ini dijuluki zero inflation.
Karena produk investasi yang satu ini bersifat aset lindung nilai dan berada di luar sistem perbankan, maka menabung emas adalah jalan yang efektif untuk menggapai impian jangka panjang.
Alhasil, jangan segan emaskan sebagian uang agar impian masa depan lebih cepat terdongkrak. Meskipun bulan Ramadan? Certainly. Lha, daripada THR lenyap begitu saja tanpa sisa, kan?
Salam.