Desaku (Air Meles Atas) adalah desa penghasil gula aren terbesar di kota Curup. Ketika bulan Ramadan tiba, banyak anak-anak serta para emak membentangkan terpal lebar-lebar untuk memproduksi beluluk.
Apa itu beluluk?
Jika dirimu kurang akrab dengan diksi tersebut, kuberitahu bahwa beluluk adalah nama lain dari buah enau. Atau biar gampang, kita sebut saja kolang-kaling deh.
Dari semenjak aku kecil hinggalah dewasa ini, bisnis kolang-kaling tetap istiqomah mendulang eksis. Tambah lagi di desaku. Selang 2-3 rumah dari tempat tinggalku saja sudah ada lebih dari 2 distributor kolang-kaling.
Dilihat dari segi manapun, bisnis buah yang gatalnya setengah mati ketika masih di pohon ini begitu menjanjikan.
Terkhusus di desaku, Ramadan adalah momentumnya anak-anak dan para emak untuk mencari tambahan uang jajan.
Benar. Tidak semua petani aren di sini yang bisa memproduksi kolang-kaling. Secara, buah yang sering dibuat manisan ini tidak selalu bisa diproduksi ketika bulan Ramadan tiba. Terkadang, buah enau masih terlalu muda, atau malah sudah terlampau tua.
Memang ada beberapa produsen kolang-kaling yang terus memproduksi kolang-kaling tiap bulan. Hanya saja, harga kolang-kaling lebih sering melambung tinggi khusus di bulan Ramadan saja.
Jadi, ketika bulan puasa tiba, banyak orang bertamu ke petani aren seraya bertanya, apakah stok kolang-kaling yang mereka rebus tahun ini melimpah. Jika iya, maka akan ada jalinan kerja sama dalam mencungkil kolang-kaling.
Meski demikian, tidak semua anak dan emak langsung "lancar jaya" mengeluarkan buah aren yang putih-putih imut dari kulitnya.Â
Mencungkil kolang-kaling ada seninya sehingga dibutuhkan skill khusus agar kolang-kaling yang telah dikeluarkan tidak hancur lebur.
Detailnya begini:
Pahami Jenis Potongan Kolang-kaling, Lalu Genggamlah dengan Efektif
O ya, tadi belum aku kasih tahu kan mengapa di bulan Ramadan ramai anak-anak kecil dan emak mencari tambahan penghasilan dengan mencungkil kolang-kaling?
Begini. Dari dulu hinggalah hari ini, hadirnya kolang-kaling merupakan kesempatan besar bagi warga untuk bisa membeli baju lebaran.Â
Iya, produksi kopi tidak melulu bagus. Apalagi hari ini, harga kopi cenderung stagnan, bahkan lebih murah daripada harga kopi pada masa SBY.
Maka dari itulah, anak-anak dari umur 10 tahunan begitu semangat dalam mencari lapak mencungkil kolang-kaling.
Honornya? Tidak banyak. Cuma Rp 1.500-2.000/cupak. Honor tersebut terkadang dihitung berdasarkan skill si penyungkil. Makin sempurna bentuk kolang-kaling yang dicungkil, makin mahal pulalah honornya.
Meski begitu, mengasah skill agar bisa mencungkil kolang-kaling agar berbentuk nyaris mulus sempurna tidaklah semudah melupakan mantan.
Jikalau mantan bisa dilupakan dengan cari baru, maka mencungkil kolang-kaling harus terus dibiasakan dengan cara memahami bentuk potongan kolang-kaling, serta bagaimana cara menggenggamnya.
Eh, kalian yang baca tulisan ini harus tetap fokus ya. Jangan ingat mantan. Oke, kita lanjut!
Ada dua jenis potongan kolang-kaling yang masyhur di sini. Pertama, kolang-kaling dipotong dari ujung buah. Sedangkan cara kedua, kolang-kaling dipotong dari masing-masing sisi buah.
Yang cukup sulit adalah jenis potongan kolang-kaling yang kedua. Waktu yang digunakan untuk mengeluarkan 2-4 butir kolang-kaling dari kulit relatif lebih lama. Jangankan untuk mencungkil, memotong si kolang-kaling saja susah!
Meski begitu, hasil kolang-kalingnya lebih sempurna dibandingkan cara yang pertama. Agar mampu mencungkil dengan cepat, genggaman kita harus kuat dan jari jempol harus aktif membuka masing-masing sisi potongan kolang-kaling.
Mencungkil Kolang-kaling pada Sisi yang Tepat
Para pencinta kolak atau manisan tentu menginginkan tekstur kolang-kaling yang lembut, kan? Sayangnya, makin lembut kolang-kaling, kita makin susah menjaga keutuhannya.
Beberapa waktu yang lalu, aku sendiri sempat mengajarkan para emak dan anak-anak hingga seminggu lamanya agar mereka bisa menghasilkan cungkilan kolang-kaling yang nyaris sempurna.
Sisanya? Hari-hari perdana mencungkil, lebih banyaklah kolang-kaling yang hancur bin remuk daripada yang utuh. Hahaha. Apalagi ketika para penyungkil ingin kerja cepat, terkadang hasil yang diharapkan malah bertolak belakang dengan kenyataan. Hemm
Meski begitu, semuanya tetap butuh proses, kan?
Iya. Seorang penyungkil kolang-kaling yang professional sejatinya mampu mencungkil hingga 1,5 kaleng/hari. Artinya, honor sebesar Rp 30.000 bisa segera didapat pada sore harinya.
Apakah anak-anak juga banyak yang mahir? Banyak, Gan, pake banget malahan!
Ketika seseorang sudah mendapat sisi cungkil yang tepat, maka mereka akan dengan mudah mengeluarkan kolang-kaling dari kulitnya. Apalagi ketika jenis potongan kolang-kaling itu dipotong dari sisi ujung buahnya. Sekali genggam, 3-4 buah kolang-kaling bisa dicomot.
Di sini, masyarakat biasanya mencungkil kolang-kaling menggunakan ujung pegagang sendok. Hanya saja, para penyungkil pemula biasanya langsung menusuk kolang-kaling dari sisi tengah. Makanya kolang-kaling rawan hancur hingga tak berbentuk.
Sebaiknya, kolang-kaling dicungkil dari pinggir kiri/kanan kulitnya. Kegiatan tersebut juga perlu dibarengi dengan menggerakkan sendok seraya menahan genggaman kulit kolang-kaling. Dengan cara tersebut, alhasil buah beluluk yang dihasilkan bakal lebih sempurna.
Mencungkil Kolang-kaling pada Bulan Ramadan, Bukan Skill Kaleng-kaleng!
Dua panduan di atas adalah skill dasar yang perlu dikuasai oleh para penyungkil kolang-kaling.
Ketika kita baca, mungkin terdengar sepele. Tapi sungguh, skill mencungkil kolang-kaling itu bukan skill kaleng-kaleng. Tidak cukup 3 hari bagi seorang pemula untuk bisa mencungkil dengan sempurna.
Adapun untuk kemampuan tingkat lanjut, seorang penyungkil yang sudah pro biasanya sangat mudah mencungkil kolang-kaling yang cukup keras serta menebak mana kolang-kaling yang sudah matang, terlampau matang, atau belum sepenuhnya matang.
O ya, sedikit hal yang perlu diketahui, buah kolang-kaling yang dimasak terlampau matang akan lebih cepat membiru alias berubah warna. Sontak saja, kolang-kaling yang demikian tidak akan laku di pasaran.
Biasanya, pada bulan Ramadan kolang-kaling mampu menembus harga hingga Rp 100.000/kaleng. Sedangkan beberapa hari ini kolang-kaling masih betah duduk di harga Rp 90.000/kaleng atau Rp 5.000/kilogram.
Meski begitu, bayaran untuk para penyungkil hingga hari ini masih tidak berubah. Masih tetap di angka Rp 2.000/cupak.
Para emak bahkan anak-anak akan terus semangat ikut mencungkil kolang-kaling hingga H-7 Ramadan. Barulah setelahnya mereka akan pergi ke pasar untuk mencari baju baru. Kalau tidak baju baru, ya sandal baru, sarung baru, atau kopiah baru.
Kok aku tahu? Soalnya dulu aku juga begitu. Eh
Alhasil, targetku pada Ramadan kali ini adalah mengajari anak-anak maupun para emak untuk meningkatkan skill mencungkil kolang-kaling.Â
Ya, kebetulan kami juga sudah mulai merebus kolang-kaling, kan. Setidaknya bisa menambah uang jajan anak-anak desa supaya bisa beli baju lebaran.
Sedangkan asah skill-ku sendiri, aku terus berusaha agar bisa memotong kolang-kaling secara cepat, namun lebih hati-hati. Soalnya, kalau aku bengong sedikit saja, aku bisa salah potong hingga akhirnya tanganku terluka. Hemm
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI