Hal tersebut susah untuk dielakkan, terlebih lagi dengan kondisi pembelajaran kita yang masih meraba-raba hingga saat ini.
Lihat saja dengan kehadiran kurikulum darurat yang seakan sudah tidak penting lagi. Syahdan, jangan lupa bahwa kisi-kisi ujian sekolah untuk kelas VI, IX, dan XII itu berisi seluruh bab materi ajar.
Bertolak belakang, bukan? Kurikulum darurat dihadirkan untuk menekankan pembelajaran dari segi esensi. Artinya, fokus mengajar guru adalah tidak untuk menghabiskan bab materi di buku.
Tapi, karena kisi-kisi US yang mencakup seluruh bab dalam buku, otomatis guru punya beban harus mengejar ketuntasan kurikulum, bukan? Nah lho. Gaswat, gaiss! Dengan demikian, kita tak bisa berharap terlampau banyak kepada PJJ daring.
Sekarang Pembelajaran Tatap Muka Jadi Idaman
Hal utama yang ditekankan dalam SKB 4 Menteri adalah implementasi PTM terbatas. Artinya, seiring dengan digencarkannya vaksinasi, sekolah perlu (bahkan wajib) menggelar tatap muka secara terbatas seraya menyesuaikan dengan kondisi sekolah.
Semisal, sekolah A siswanya banyak, maka PTM terbatas bisa digelar secara bergiliran dengan menghadirkan kelas sesi pagi dan sesi siang. Atau, bisa pula dengan sistem 3 hari kelas tinggi dan 3 hari kelas rendah.
Sedangkan terkhusus untuk sekolah yang siswanya sedikit, pihak sekolah bersama gugus tugas Covid-19 bisa memaksimalkan layanan protokol kesehatan dalam menggelar PTM secara penuh.
Sadar atau tidak, lembaga pendidikan seperti TK, PAUD, MI, dan SD-lah yang dirasa paling perlu menggelar pembelajaran tatap muka dalam kondisi terbatas.
Ketika Mas Mendikbud berkisah tentang Learning Loss, risiko Lost Generation, hingga guncangan sisi psikologis siswa sebagai imbas dari kebosanan, sejatinya ketika itu pula kita menyadari bahwa siswa kelas rendahlah yang paling rentan terhadapnya.
Okelah. Secara teori kita bakal bersandar kepada kesimpulan bahwa bimbingan orangtua di rumah menjadi "super-duper" penting untuk dilakukan.
Namun, apakah Mas Menteri tidak sadar bahwa ada sebagian orangtua yang kurang teredukasi dalam memberikan layanan pendidikan?