Kecuali guru milenial, ya, itu beda lagi. Dari segi adaptasi, guru milenial cenderung gesit dan cepat akrab dengan teknologi. Sekali lagi, zaman para milenial masih cocok dengan hari ini.
Buktinya? Mas Mendikbud Nadiem pun merupakan generasi yang lahir di era milenial.
Lebih dari itu, "saking naksirnya" dengan pembelajaran daring, pada pertengahan tahun 2020, bahkan Mas Nadiem sempat sesumbar seraya menebar wacana bahwa PJJ berbasis teknologi bakal dipermanenkan.
"Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (3/7/2020).
Sontak saja segenap guru di Bumi Pertiwi heboh. Secara sederhana, wacana tersebut merupakan harapan pendidikan kita di masa depan, tapi secara khusus, momentum penyampaian wacana sangatlah tidak tepat dan terkesan terlampau mengelu-elukan PJJ.
Kenyataannya, kesenjangan kualitas pendidikan di pusat dan daerah masih senjang pada era pembelajaran normal. Sedangkan di era pembelajaran daring, ketimpangan tersebut semakin mengaga.
Maka dari itulah sejatinya kita tak bisa terlalu berharap dengan tuah pembelajaran daring.
Pembelajaran menggunakan teknologi itu hanyalah bagian dari percepatan peningkatan kualitas pendidikan. Dan lebih dari itu, negeri ini masih belum siap baik secara pemenuhan fasilitas dan dari sisi psikologis.
Pembelajarannya daring, tapi sistem penugasannya hanya memindahkan materi ajar dari media cetak ke media digital.
Contoh: Guru memotret soal di buku cetak, lalu mengirimkannya kepada siswa via Whatsapp.
Apakah seperti itu pembelajaran daring yang dielu-elukan? Ternyata tidak.
Bukannya memudahkan, siswa malah makin susah mencerna pelajaran, makin ribet mengisi tugas karena harus melibatkan kuota. Dari sini, direngkuhlah bukti bahwa sebenarnya mindset belajar daring masih perlu diluruskan.
Bahkan, permasalahan daring sebenarnya jauh lebih rumit daripada itu. Jikalau tidak didesain dengan baik, maka bersiap-siaplah kita ditimpa risiko krisis pembelajaran dan lost generation.