Walaupun demikian, sebelum mengorbankan karier agaknya perempuan melihat dulu seperti apa calon jodohnya, jalan percintaannya, serta pertimbangan-pertimbangan lain yang kira-kira menjadi biang penghambatnya.
Terang saja, untuk apa mengorbankan karier yang sudah susah payah dikejar hanya untuk sesuatu yang belum jelas, bahkan susah.
Perihal jarak misalnya.
Jarak perempuan dengan sang calon jodohnya cukup jauh. Selama ini komunikasi hanya berjalan via maya dan LDR-an. Walaupun kata orang jodoh itu tak kenal jarak tapi jika jodoh pasti mendekat, bukan?
Tentu saja.
Jujur ya, jika diukur dari segi finansial, jarak adalah masalah yang cukup pelik. Bayangkan saja jika jarak perempuan dan calon suami sudah terpisah oleh pulau.
Mau lamaran, harus berkunjung antar pulau. Mau diskusi tanggal pernikahan, harus antar pulau. Menikah, juga harus berkunjung antar pulau. Tidak terbayangkan berapa moneter yang terkuras, belum lagi salah satunya harus mengorbankan karier.
Merenungkannya saja sudah berat, apalagi nanti menjalankannya. Apakah bisa kuat?
Ya, kalau memang benar-benar cinta, dan ikhlas menikah lillahi Ta'ala pasti akan kuat. Tapi, kalau sejak awal memutuskan nikah dan mengorbankan karier sudah berasa setengah hati, agak diragukan juga.
Entah akan sejalan sampai tua, entah tidak. Padahal, kalau bisa menikah itu cukup sekali saja.
Ini baru soal jarak, tapi rasanya sudah serumit itu. Padahal, menikah itu mudah. Hanya, pertimbangan-pertimbangan duniawi yang membuatnya susah.